Secara keseluruhan, pandangan Grunig dan Excellence Study terhadap PR sebagai fungsi manajemen strategis menawarkan perspektif yang lebih luas dan mendalam tentang bagaimana hubungan masyarakat dapat diintegrasikan ke dalam kerangka kerja strategis suatu organisasi untuk mencapai hasil yang menguntungkan baik bagi organisasi maupun publik yang mereka layani.
Meskipun pendekatan hubungan masyarakat sebagai fungsi manajemen strategis tampak ideal dalam teori, terdapat beberapa tantangan dan limitasi yang sering kali tidak terlihat dalam diskusi mainstream tentang topik ini.
Salah satu kritik yang sering muncul adalah kecenderungan untuk mengutamakan citra daripada substansi. Dalam praktiknya, beberapa perusahaan mungkin lebih fokus pada bagaimana kegiatan PR dapat memperbaiki citra mereka daripada benar-benar mendengarkan dan merespons kebutuhan pemangku kepentingan.
Misalnya, banyak perusahaan cenderung mengimplementasikan program-program CSR yang lebih berfokus pada publisitas yang baik daripada membuat perubahan nyata dan berkelanjutan. Program-program ini kadang-kadang dirancang lebih untuk menarik perhatian media dan meningkatkan citra perusahaan daripada mengatasi masalah sosial atau lingkungan yang sebenarnya. Ini menimbulkan pertanyaan tentang autentisitas dan integritas dari kegiatan PR tersebut.
Selanjutnya, integrasi PR sebagai fungsi strategis juga dapat menimbulkan konflik internal jika tidak dikelola dengan baik. Ketika PR terlalu dominan dalam strategi perusahaan, bisa jadi departemen lain seperti operasi atau produk merasa terpinggirkan. Hal ini dapat mengarah pada silo-silo organisasi di mana kolaborasi menjadi terbatas, dan keselarasan strategis keseluruhan bisa terganggu.
Selain itu, ada masalah mengenai seberapa jauh PR dapat mempengaruhi keputusan strategis dalam perusahaan. Seringkali, PR masih dianggap sebagai pendukung bisnis daripada sebagai pengemudi bisnis utama.
Ini berarti bahwa meskipun PR mungkin memiliki tempat di meja pengambilan keputusan, kekuatannya untuk mempengaruhi keputusan penting mungkin masih terbatas dibandingkan dengan fungsi tradisional seperti keuangan atau pemasaran.
Mengatasi tantangan-tantangan ini membutuhkan lebih dari sekedar integrasi PR ke dalam strategi perusahaan; perlu ada komitmen nyata untuk transparansi, akuntabilitas, dan kolaborasi antar-departemen.
Tanpa elemen-elemen ini, hubungan masyarakat sebagai fungsi manajemen strategis mungkin hanya berakhir sebagai latihan branding daripada sebagai alat pemberdayaan nyata untuk perubahan sosial dan organisasional.