Inilah 10 Tantangan PR Masa Depan

Menghadapi tantangan global di era digital seperti sekarang, para profesional Public Relations (PR) dituntut untuk memiliki kemampuan global. Setidaknya, ada tiga kompetensi yang wajib dimiliki profesional PR agar dapat menghadapi persaingan global. Ketiga kompetensi itu adalah knowledge, skill, dan personal attributes.

Demikian dipaparkan Prita Kemal Gani, President of ASEAN PR Network dan Director and Founder of LSPR-Jakarta, pada Diskusi Panel yang digelar ASEAN Public Relations Network (APRN) bersama The London School of Public Relations Jakarta, pada akhir November ini (28/11), di Prof. Djajusman Auditorium and Performance Hall LSPR Jakarta.

Menurut Prita, ke depan, ada sejumlah tantangan yang akan dihadapi oleh para profesional PR. Tantangan pertama adalah bertumbuhnya hi-tech, healthcare, komunikasi internal, investor relations, mergernya perusahaan, hingga professional services dan public affairs. Pertumbuhan di sektor tersebut tentu saja akan berdampak pada perubahan yang harus dihadapi oleh para profesional PR.

Tantangan kedua adalah globalisasi. Salah satunya, memiliki pengetahuan akan bahasa dan budaya dari berbagai negara menjadi pertimbangan penting bagi perusahaan maupun klien.

Tantangan ketiga adalah riset. "Dibutuhkan sebuah riset dan parameter yang rasional di balik setiap program utama PR. Selain itu, akan ada permintaan yang tinggi untuk mengevaluasi PR value yang dapat diperoleh dari setiap program PR," jelas Prita.

Tantangan keempat adalah edukasi. Artinya, kombinasi antara studi PR dengan liberal arts makin ditekankan. Penekanan lainnya adalah penguasaan bahasa asing dan pemahaman lebih baik akan pengetahuan tentang bisnis.

Tantangan kelima adalah recruitment, dimana profesional PR akan makin banyak dan mereka datang dari profesi lain di luar PR.

Tantangan keenam adalah teknologi. Diuraikan Prita, "Teknologi internet memiliki kemampuan untuk membangun secara dramatis bisnis PR. Oleh karena itu, PR harus mampu membangun reputasi, trust, dan kredibilitas."

Tantangan ketujuh adalah taktik. Diakui Prita, ke depan taktik akan digunakan untuk menyasar audiens yang lebih segmented.

Tantangan kedelapan adalah strategic counsel. Ke depan, strategic counsel akan dibutuhkan karena PR akan memiliki lebih dari sebuah aturan dalam menentukan keputusan.

Tantangan kesembilan adalah etika. PR harus "membayar" lebih untuk hal-hal yang terkait etika. Ia mencontohkan, skandal yang terjadi di perusahaan yang terkait dengan etika akan berdampak besar pada rusaknya reputasi perusahaan.

Tantangan kesepuluh adalah The Reputation of PR. "Ke depan, reputasi menjadi penting. Oleh karena itu, para pemimpin perusahaan atau CEO harus mampu memahami sekaligus mempelajari bahwa PR adalah semua hal yang terkait dengan reputasi perusahaan," tandasnya.

Kesepuluh tantangan itu, diungkapkan Prita, dapat dijawab dengan berbagai kualifikasi yang harus dimiliki profesional PR. Berbagai kualifikasi yang harus menjadi kompetensi profesional PR di masa depan adalah digital storytelling, visual content creator dan curator, social listening, social purpose, dan pemanfaatan big data.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)