Perlunya Memantau dan Memerangi Berita Hoax

Era digital membuat kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi media berubah. Kini, media sosial menjadi salah satu referensi utama masyarakat dalam memperoleh informasi. Hal itu ditandai dengan Key Performance Indicator (KPI) dalam melakukan media monitoring yang juga berubah. Jika dulu KPI atas keberhasilan PR adalah dapat tayang di media mainstream besar seperti Kompas dengan sentimen positif, maka saat ini KPI-nya adalah sentimen positif di media sosial.

Demikian pengakuan Ratna Irsana, Vice Coordinator Dept. Media & Public Relations dari INASGOC (Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee) di sela-sela acara Isentia Thought Leaders Series: Indonesia Media Outlook 2018 yang digelar perusahaan intelijen media, Isentia, pada pertengahan September ini di Jakarta.

"Media sosial dijadikan KPI, karena saat ini media sosial dijadikan kiblat informasi oleh masyarakat. Inilah tantangan PR saat ini. Selain itu, kami juga tidak bisa bedakan antara media besar dan kecil, karena semua sama pentingnya. Kami pun harus menghadapi tantangan hoax yang mudah sekali menyebar di media sosial," ungkap Ratna, yang menyebutkan dalam satu hari ada 1.000 artikel berita yang tayang terkait Asian Games 2018, dimana 5%-nya bersentimen negatif.

Hal senada dituturkan Fathir Fajar Sidiq, spokesperson dari Pemerintah Kota Depok. "Menggunakan teknologi sama halnya dengan menggunakan senjata. Bukan mengenai senjatanya, melainkan siapa yang menggunakannya. Seseorang dapat memilih untuk menggunakan teknologi untuk kebaikan masyarakat luas dengan menyampaikan pesan dan respon melalui media, atau pun dengan menggunakan teknologi seperti Whatsapp untuk menyebarkan berita hoax. Dari pengalaman kami, 70% pemberitaan justru datang dari media online yang tidak kredibel, yang cenderung memproduksi bad news, bahkan hoax. Ini menjadi tantangan PR saat ini," katanya.

Guna memerangi berita-berita negatif serta hoax, menurut Ratna, pihaknya selalu aktif dan harus sadar terhadap pemberitaan serta melakukan pemantauan secara real-time selama Asian Games 2018 berlangsung.

“Dengan adanya teknologi saat ini, data bisa kami dapatkan dan beredar di mana saja. Yang paling penting adalah bagaimana kami melihat dan menarik insight yang relevan dari hal tersebut,” kata Prashant Saxena, Head of Insights and Innovation dari Isentia Asia Tenggara.

Namun, pesatnya perkembangan media serta volume pemberitaan saat ini, membuat pemantauan media sulit untuk dilakukan secara manual oleh individual maupun organisasi dan perusahaan. "Untuk itu, Isentia hadir dengan solusi platform Mediaportal, yang dapat menangkap dan menyortir pemberitaan dari ribuan media cetak, ratusan channel televisi dan saluran radio, hingga jutaan artikel dan postingan di media online dan juga media sosial," lanjutnya.

Ditambahkan Ally Garrett, Client Experience Director dari Isentia Australia, Mediaportal juga mampu merangkum insight yang relevan secara cepat, sehingga dapat membantu organisasi dan perusahaan berbagai industri untuk mengikuti tren dan berita terbaru, baik yang langsung bersangkutan dengan brand tersebut mau pun kompetitor. “Digital detox tentunya dapat dilakukan dengan bantuan teknologi dalam pekerjaan Anda,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)