Peran Strategis Media Relations di Era Digital

Media Relations sebagai salah satu fungsi Public Relations (PR) menjadi makin penting di era digital. Perannya menjadi strategis karena mampu memperkuat citra sekaligus reputasi merek maupun korporat. Mengapa? Lantaran, di tengah era digital—dimana setiap orang bisa memproduksi berita dan hoax begitu mudah diproduksi—PR tidak cukup hanya menjadi “pemadam kebakaran” ketika perusahaan menghadapi krisis. Sebaliknya, PR dengan fungsi media relations-nya, justru dapat mengantisipasi terjadinya krisis.

“Memasuki era digital, mata publik tak hanya mengandalkan kamera jurnalis untuk mengetahui perkembangan suatu isu. Saat ini, dengan smartphone, mereka dapat dengan cepat dan mudah mengakses berbagai isu. Termasuk, memasok isu ke para jurnalis, atau bahkan tak tertahan mengalir ke publik melalui posting-an media sosial-nya,” terang Nugroho Agung Prasetyo, Praktisi PR yang aktif sebagai Ketua Hubungan Media Online ISKI (Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia) dan Pengurus BPP Perhumas Indonesia.

Dalam Workshop Media Relations yang digagas Royal Media pada awal Mei ini di Hotel Cosmo Amaroossa, Agung menyampaikan pentingnya perusahaan mengembangkan hubungan dengan media, sebelum isu menerpa. Kedekatan PR perusahaan dengan media memungkinkan perusahaan melakukan upaya antisipasi munculnya isu negatif ataupun potensi krisis dari publikasi negatif.

“Saat ini arus informasi begitu kuat dan cepat melalui berbagai platform digital. Kesiapan akan informasi data, fakta, keterampilan melakukan komunikasi media, serta hubungan media yang baik dapat meminimalisir dominasi pemberitaan negatif melalui pemunculan informasi positif sebagai penyeimbang,” paparnya.

Oleh karena itu, menurut Agung, korporat juga harus bergerak cepat melakukan komunikasi dengan jurnalis sekaligus mengklarifikasi setiap pemunculan informasi yang tidak tepat untuk menghindari kesalahan persepsi publik.

Langkah antisipasi komunikasi media yang tepat di saat krisis juga disampaikan oleh Djaka Susila, Pemimpin Redaksi Koran Sindo. Ia menggarisbawah perlunya seorang PR memahami dunia jurnalistik dan mengerti berbagai karakter wartawan. “Strategi pemetaan media menjadi modal dasar PR dalam mengembangkan komunikasi media, memahami kerja jurnalistik, dan melakukan penetrasi pesan strategis untuk perusahaan. Pemetaan media dapat mulai dilakukan melalui analisis wilayah sirkulasi medianya (daya jangkau), segmentasi pembacanya, hingga daya pengaruhnya di pemangku kepentingan dan publik,” tuturnya.

Kemampuan berbicara di depan media juga dibahas oleh Nabila Marsyanada (Kalbe Institute) yang mencoba menguliti persoalan personal branding. Sementara itu, Alvi Anugerah (PR Manager Kitabisa.com) lebih dalam lagi menyampaikan pengalamannya melakukan komunikasi media di era digital. Antara lain, dengan harus memahami “do and don’t” ketika menggunakan media sosial.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)