Strategi PR Crisis Freeport

PT Freeport Indonesia kembali menjadi sorotan. Medio Mei 2013 lalu, terowongan fasilitas pelatihan tambang bawah tanah di area Big Gossan Mil 78 mengalami runtuh akibat longsor dan mengakibatkan 38 orang pekerja tertimbun reruntuhan.

freeportSerta merta insiden ini mendapat kritikan pedas dari sejumlah kalangan. Mereka mengganggap insiden disebabkan kelalaian dan Freeport mesti bertanggungjawab terhadap para korban. Langkah awal penanganan dilakukan dengan mengerahkan Tim Gabungan Underground Mine Rescue dan Emergency Preparedness & Response Group Freeport berangkat ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi korban—10 korban yang tertimbun puing-puing akhirnya berhasil diselamatkan dan 28 orang korban dinyatakan meninggal. Para korban musibah ini berasal dari wilayah Timika, Makassar, Enarotali, Biak, Jayapura, Ambon, Manado, Palopo, Toraja, Rantepao, Enrekang, Kupang, Medan, Tenggarong dan beberapa tempat lainnya.

Citra dan kredibilitas Freeport tercemar dengan kejadian tersebut. Freeport kemudian berupaya mengembalikan citranya dengan menggelar pertemuan keluarga korban secara marathon di Timika, Jayapura, Makassar dan Jakarta. Untuk wilayah Jayapura dan Manokwari, pertemuan berlangsung di Sentani dan Kota Jayapura. Selain keluarga korban, pertemuan dihadiri pihak terkait, seperti wakil dari instansi Pengawasan Ketenagakerjaan, Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Papua, Kantor Wilayah Jamsostek Maluku-Papua dan Jayapura. Tak hanya itu, Freeport pun mendukung Pemerintah membentuk tim investigasi independen guna mencari penyelesaian secara adil.

Sementara penanganan crisis management dilakukan, Freport Indonesia (FI) membentuk tim internal perusahaan yang bertanggungjawab dalam menerbitkan berita yang akurat untuk dirilis media. Dibantu agensi PR Maverick, PT FI dipandu untuk berkomunikasi kepada media secara proaktif, konsisten, transparan, dan tepat waktu dengan memberikan informasi 24 jam terus menerus. Selama proses evakuasi, mereka menyediakan dua media center di Hotel Rimba Papua dan Jakarta.

Lewat strategi komunikasi yang transparan, serta tanggung jawab perusahaan yang diwujudkan PT FI lewat pemberian santunan kepada para korban, pelan tapi pasti, citra Freport kembali membaik. Keluarga korban akhirnya memahami bahwa insiden tersebut merupakan musibah, diperkuat oleh statement dari tim investigasi Pemerintah yang menegaskan bahwa insiden Freeport adalah musibah. Pemberitaan yang semula menyudutkan Freeport, setelah proses investigasi media massa cetak, elektronik, dan laporan di media sosial, citra buruk Freeport akibat kasus ini berubah menjadi pemahaman bahwa insiden semata-mata musibah. Dengan strategi tersebut, dibarengi profesionalisme, Freeport meraih kesan positif dari berbagai media massa.

Menurut juri Bambang Smaryanto, Freeport selama ini memang selalu dalam sorotan dan rentan dengan berbagai kejadian negatif. Namun peristiwa runtuhnya terowongan Freeport ini dinilai Bambang telah berhasil dikendalikan dengan baik, sehingga tidak menjadi bola liar yang bisa digunakan oleh politisi maupun masyarakat Papua. “Pengedalian yang tepat, yang mengajak tokoh-tokoh yang tepat serta pembukaan pusat krisis yang aktif update, merupakan inti keberhasilan program ini,” tegas Bambang.

Pendapat senada disampaikan juri Indira Abidin. “Langkah Freeport secara cepat dan proaktif membangun pemahaman media dan key stakeholders terhadap kondisi yang ada, menciptakan dukungan terhadap upaya penanganan krisis,” katanya.

##PRofTheYearIDN, #PublicRelationsIDN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)