CSR untuk Keuntungan Perusahaan atau Sosial?

Perusahaan selalu dihadapkan pada dua kepentingan yang bertabrakan, keuntungan perusahaan dan keuntungan sosial. Ini mendorong perusahaan harus kreatif dan berinovasi dalam ber-CSR. Kenapa? Hari-hari ini bila perusahaan berpikir bahwa corporate social responsibility (CSR) hanya tentang mengelola reputasi perusahaan model itu sudah usang.

Sejak akhir 1960an, nilai-nilai budaya Amerika memasuki tantangan babak baru perusahaan dalam mengartikulasikan etika bisnis di masyarakat yang semakin majemuk. Skandal Enron dan WorldCom merupakan contoh mengerikan dari ketiadaan atau kekurangan dalam pengambilan keputusan etis di bidang bisnis.

Imoralitas korporat ini adalah pengingat akan ketidakefektifan suatu etika yang didasarkan pada rasionalisme yang muncul sejak era pencerahan. Ketidakefektifannya dalam berurusan dengan masalah  sosial yang baru terbentuk dari ekonomi global post-modern.

Landasan etika dalam bisnis perlahan-lahan kehilangan akar spiritualnya. Kompleksitas jaringan hubungan atau modal sosial bangsa yang mendukung pengambilan keputusan etis, mulai terkikis sepanjang paruh kedua abad ke-20, yurisprudensi Amerika telah secara simultan memulai menjauh dari nilai agama di seluruh masyarakat.

Dalam beberapa tahun terakhir, korporasi didorong untuk berubah. Tekanan internal dan eksternal perusahaan saat ini semakin tinggi dan kecepatan perubahannya juga semakin tinggi, berbeda dengan sebelum-sebelumnya.

Perusahaan semakin banyak mendapat tekanan dan dari berbagai arah. Selama dekade terakhir, bisnis telah mengalami lingkungan yang berfluktuasi hebat yang ditandai oleh gangguan ekonomi, pergolakan politik, kegagalan lembaga keuangan, hilangnya kepercayaan yang tajam, dan celah yang semakin lebar pada fondasi kapitalisme.

Selain itu, kesenjangan pendapatan dan akses yang semakin luas ke perumahan dan perawatan kesehatan; ditambah timbulnya kekurangan air dan "cuaca aneh" dari planet yang menghangatkan. Belum lagi persoalan semakin tingginya tingkat ketidaksetaraan dan tidak dapat dipertahankan, semakin banyaknya bukti bahwa dampak perubahan iklim akan menghancurkan, hingga kesadaran investor bahwa keuntungan jangka pendek dan jangka panjang keberlanjutan terkadang bertentangan.

Situasi ini bercampur dengan adanya desakan yang tumbuh dari para aktivis, konsumen, dan sekelompok investor yang menyerukan lebih banyak transparansi, akuntabilitas, dan respons sosial dan lingkungan dari komunitas bisnis, dan perusahaan-perusahaan yang telah memasuki dunia baru.

Tanggung jawab sosial perusahaan yang selama ini hanya dilakukan itu-itu saja atau secara tradisonal yang hanya tambal sulam kini tidak lagi cukup. Menurut The Economist, hari-hari ketika CSR untuk reputasi perusahaan telah lewat.

Sekarang makin banyak perusahaan yang memikirkan ulang fundamental bisnisnya, dengan memikirkan ulang strategi mereka dalam merancang produk dan bagaimana rantai pasokannya dikelola.

Kini, perusahaan memikirkan ulang tujuan bisnisnya, dari sekadar mendapatkan keuntungan finansial, ke perhatian lebih pada dampaknya pada karyawan, pelanggan, komunitas, dan lingkungan. Untuk alasan seperti ini, perusahaan semakin dituntut lebih kreatif untuk berinovasi dalam tanggung jawab sosial.

Kini semakin banyak pemimpin bisnis sekarang menyadari bahwa mereka harus menegosiasikan tujuan tradisional mereka, yakni mengejar keuntungan, menggabungkan antara tujuan finansial dan sosial. Disinilah pentingnya berpikir tentang corporate social innovation. Kenapa?

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)