Influencer terkadang bisa memunculkan masalah. Mereka memang mempunyai khalayak dalam jumlah yang banyak. Mereka tahu cara mengguncang “suara” di Instagram misalnya.
Tetapi, mereka juga memiliki kebiasaan untuk mengatakan dan melakukan hal-hal yang terkadang tidak pas. Ini yang membuat para sponsor mereka menjadi cemas.
Itu sebabnya, banyak pengelola merek berusaha keras mensiasatinya
sehingga mengurangi risiko negative tersebut. Baru-baru ini KFC meluncurkan kampanye
media sosial terbaru yang menampilkan “tokoh” mirip Kolonel Sanders, versi yang
computer.
Virtual Influencer Kolonel Sanders yang ramah muncul di akun
@KFC di Instagram untuk memamerkan gaya hidupnya yang luar biasa dengan tulisan
yang ditandai #secretrecipeforsuccess. Dr. Pepper, TurboTax, dan Old Spice
adalah beberapa merek yang akan ditampilkan oleh Virtual Influencer Colonel di
Instagram hingga 22 April.
Adobe juga baru-baru ini memparodikan influencer dalam film
pendek yang menampilkan sejumlah selebriti. Ada juga “tokoh” virtual Shudu Gram
yang mempopulerkan merek lipstik Fenty Beauty, yang selama ini menggunakan Rihannah
sebagai influencer. Miquela Sousa juga influencer yang dihasilkan komputer untuk
mendukung Black Lives Matter mempromosikan Prada.
Influencer virtual berkerja secara online seakan-akan nyata.
Pencipta Shudu adalah laki-laki kulit putih, celebrity photographer
Cameron-James Wilson, yang kreasi digitalnya diilhami oleh model-model Afrika
Amerika kehidupan nyata. Wilson menciptakan persona digital bernama Shudu Gram,
yang dijuluki sebagai "supermodel digital pertama di dunia".
Pada awalnya, mungkin mereka diciptakan tidak dalam konteks
pemasaran. Namun karena penggemarnya banyak, merek ingin bekerja sama dengan
mereka untuk memanfaatkan basis penggemarnya.
Dalam hitungan bulan, mereka secara kolektif telah
mengumpulkan ratusan ribu pengikut di Instagram. Shudu diposisikan lebih
sebagai karya seni seperti peragawati, sementara Miquela diposisikan sebagai
gadis biasa.
Brud, perusahaan di belakang Lil Miquela, sekarang bernilai
setidaknya $ 125 juta. Sementara itu, perusahaan baru yang didukung oleh usaha
seperti Shadows superstealthy, SuperPlastic, dan Toonstar semuanya
mengembangkan karakter virtual yang akan diluncurkan melalui saluran media
sosial seperti Snap dan Instagram, atau pada platform mereka sendiri.
Shudu mungkin terlihat cantik dalam nuansa lipstik Fenty
Beauty. Tetapi Shudu adalah karya seni dan bukan manusia. Dia tidak bisa
berbagi dengan pengikutnya misalnya tentang bagaimana formula makeup yang cocok
dengan jenis kulit tertentu. Atau berdialog tentang berapa lama warna lipstik
itu bisa bertahan.
Demkian pula dengan Miquela. Dia mungkin dapat memodelkan
pakaian olahraga baru Outdoor Voices. Tetapi, dia tidak akan pernah bisa
melaporkan kembali ke audiens atau konsumen tentang apakah kain yang digubakan
pakaian tersebut tahan terhadap keringat atau kenyamanan selama digunakan untuk
latihan?
Realitasnya, makin banyak yang menggunakan selebrita
virtual. Bagaimanapun influencer kini benar-benar berpengaruh. Setidakya bagi
para marketer. Januari lalu, Ad Age
melaporkan sebuah pemasaran influencer, Klear, memperkirakan pada 2018 lalu lebih
dari 2 juta posting influencer yang disponsori di Instagram. Itu berarti naik
39 persen dibandingkan tahun 2017. Jangan lupa, lebih dari satu miliar orang
menggunakan Instagram setiap bulan.