Ini yang Harus Dilakukan Marketer!
Lantas, apa yang harus dilakukan marketer menyikapi masa suram ini? Disarankan Yongky, dalam kondisi yang nyaris serupa dengan tahun 2009, maka sudah seharusnya marketer melakukan strategi yang sama seperti halnya di tahun 2009. Ya, marketer harus lebih banyak melakukan trade promotion, karena kesempatan belanja dikurangi.
Aktivitas di dalam toko untuk membuat konsumen ingat dan membeli produk yang ditawarkan—yang kemungkinan bisa terlewatkan atau sengaja dilewatkan guna menghemat—harus ditingkatkan. Produk-produk yang sebenarnya memberikan keuntungan di masa susah seperti ini harus ditonjolkan kepada konsumen. Lantaran konsumen akan memperhatikan barang promosi lebih teliti, maka para marketer diharapkan membuat promosi yang relevan, untuk menghasilkan dampak yang lebih bagus.
“Ke depan, kita akan lihat bagaimana promosi akan gila-gilaan terjadi di ritel. Sebab, pengusaha maupun marketer lebih memilih strategi promosi yang jor-joran, yang sifatnya dapat berdampak langsung pada penjualan,” prediksi Yongky.
Sementara itu, kendati konsumen Indonesia masih sangat percaya dengan TV, namun dari hasil studi riset Global Nielsen, 89% konsumen Indonesia ternyata percaya pada rekomendasi dari konsumen atau Word of Mouth (WOM). Bahkan, lebih tinggi kepercayaan dibandingkan dengan media lain seperti koran, majalah dan radio yang masing-masing sebesar 73%, 71%, 70%.
Media lain yang juga memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi adalah digital. Tak sediki konsumen di Indonesia yang kini mencari iklan produk yang terpercaya melalui internet, antara lain lewat forum komunitas. Jumlahnya bahkan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Oleh karena itu, pada kondisi seperti ini, Para marketer harus fokus menggarap teknik WOM untuk lebih bisa secara efektif berkomunikasi dengan konsumennya. Termasuk, memanfaatkan channel digital.
2 thoughts on “Industri FMCG Sentuh Titik Nadir, Ini yang Seharusnya Dilakukan Marketer!”