Diferensiasi produk dan layanan merupakan faktor penentu keberhasilan suatu produk di pasaran. Untuk menciptakan diferensiasi, produsen harus mengenali pesaingnya. Sebab salah satu kesalahan terbesar produsen adalah kegagalannya untuk mengenali pesaing-pesaing, termasuk lingkungannya.
Untuk mengetahui tingkah laku pesaingnya itu, kuncinya adalah intelijen pemasaran atau market intelligence. Sepintas, itu seperti film James Bond. Tetapi, dalam dunia bisnis, market intelligence merupakan aktivitas mengumpulkan informasi, menganalisa, dan rekomendasi secara legal untuk membantu perusahaan menjadi dan makin kompetitif.
Dengan kata lain, intelijen pemasaran mengacu pada upaya mengumpulkan informasi dan membangunnya menjadi nilai tambah dari aset tak berwujud perusahaan (pengetahuan karyawan, manajemen, pemangku kepentingan, dan pelanggan) sehingga memiliki kemampuan daya saing yang tinggi.
Sekarang, perkembangan teknologi membuat informasi itu bisa diperoleh dengan mudah. Di sisi lain, saat ini kesuksesan bisnis tergantung pada pengetahuan perusahaan untuk mengolah kecerdasan dan menggunakannya untuk keuntungan perusahaan. Saat ini adalah saat mengumpulkan dan mengembangkan informasi berkualitas.
Saat ini bukan waktunya untuk menimbun sejumlah besar informasi. Ini adalah zaman global yang benar-benar di mana semangat kewirausahaan mendorong ekonomi baru dengan cara-cara yang belum pernah disaksikan di masa sebelumnya. Ini adalah kebangkitan kembali intervensi manusia yang, secara paradoks, meningkatkan pentingnya teknologi.
Saat ini juga era di mana 'para inovator intelijen' menjadi aset paling berharga dari suatu organisasi. Di era inilah organisasi harus menjadi sebuah entitas yang cerdas. Sebab bagaimanapun, di era intelijen, perusahaan yang benar-benar kompetitif akan menjadi semakin canggih dalam mengumpulkan dan memproses informasi untuk menghasilkan kecerdasan.
Tahun lalu, Forrester Consulting melakukan penelitian tentang peran intelijen pemasaran. Hasilnya menunjukkan bahwa intelijen pemasaran berperan penting terutama dalam hal peningkatan layanan pelanggan, loyalitas pelanggan dan sebagainya.
Ini memberikan gambaran bahwa merketing intelijen dibutuhkan perusahaan untuk bertahan hidup. Bisnis akan belajar bahwa aset terbesar mereka adalah pikiran yang tajam dari karyawan mereka, alat analisis mereka dan kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang efektif.
Tesco adalah pengecer terbesar di Inggris. Data dari skema kartu loyalitasnya, Clubcard, mengungkapkan bahwa keluarga yang memiliki bayi dan berbelanja produk perawatan anak di Tesco menghabiskan uang lebih banyak daripada keluarga yang sama tapi tidak membeli produk ini dari Tesco, meskipun mereka membeli sejumlah produk lain yang serupa.
Tahun 1987 bisa jadi menjadi sejarah persaingan paling...