Pemasaran yang efektif bukanlah rocket science. Namun, pemasaran atau marketing memerlukan pendekatan strategis guna menarik pelanggan yang berkualitas, memaksimalkan laba atau investasi, dan meningkatkan keuntungan. Marketing merupakan proses pembelajaran. Artinya, jika strategi kemarin sukses, belum tentu strategi yang sama dapat berhasil untuk esok hari atau ke depannya. Sebab, marketing begitu dinamis dan selalu ada peluang baru untuk marketers mengeksplorasi.
Oleh karena itu, menurut Brian Morris, seperti yang dikutip Business2Community, setiap marketer yang baik pasti pernah membuat kesalahan. Dan, marketer yang sukses adalah mereka yang mau belajar dari kesalahan, untuk kemudian menyempurnakan strategi marketing mereka untuk sukses ke depannya.
Diungkapkan Brian, ada lima kesalahan pemasaran yang harus dihindari, bahkan tidak boleh dilakukan kembali oleh marketers.
1. Gagal Memilih Media Promosi
Salah satu kesalahan yang paling umum dilakukan adalah salah memilih media promosi. Salah satu contohnya, ketika sebuah perusahaan harus mempromosikan festival tahunan keluarga, namun marketers memilih mempromosikan acara tersebut di sebuah majalah hiburan setempat—yang notabene sebagian besar pembaca majalah tersebut adalah orang-orang yang lebih tertarik melihat live band dan tidak tertarik pada tamasya keluarga.
Untuk memperbaikinya, perusahaan tersebut memilih untuk mencetak brosur khusus, berupa undian, yang menyasar anak-anak sekolah. Kemudian, orang tua—yang memperoleh brosur tersebut dari anak mereka—dapat mengirim undian tersebut via email dengan menyebutkan nama anak-anak mereka. Upaya itu justru mampu berhasil menjaring anak-anak dan keluarga.
2. Gagal Melakukan Uji Pemasaran
Katakanlah Anda ingin memulai kampanye direct mail berupa kartu pos untuk mempromosikan penjualan di website ritel Anda. Sayangnya, banyak perusahaan membuat kesalahan dengan membuat kartu pos tunggal dan mengirimnya ke seluruh mailing list mereka sekaligus. Padahal, seharusnya kartu pos itu dapat dikemas dalam dua versi untuk kemudian diujicobakan terlebih dahulu. Artinya, marketers sebaiknya membuat dua kartu pos terpisah, menggunakan headline yang berbeda, tawaran yang berbeda, panggilan yang berbeda, bahkan gambar yang berbeda.
Kirim setiap kartu pos ke masing-masing segmen yang sudah dipetakan dari milis Anda. Marketers dapat menjalankan pengujian dengan mencoba mengirim beberapa kartu pos untuk mengidentifikasi versi kartu pos mana yang menghasilkan respon terbaik dan ROI terbesar. Setelah Anda tahu versi mana yang terbaik, Anda dapat mengirimkannya ke seluruh milis Anda dengan hasil yang sudah dapat diprediksi. Meskipun marketers harus berinvestasi sedikit lebih besar dalam hal desain kartu pos, namun hasilnya signifikan dengan peningkatan ROI yang akan diperoleh.
3. Gagal dalam Membangun Percakapan
Percakapan tercatat sangat penting untuk keberhasilan pemasaran. Marketers perlu untuk melibatkan pelanggan dalam sebuah percakapan, demi membangun loyalitas merek. Oleh karena itu, gunakan media sosial untuk tidak hanya memposting tentang perusahaan, tetapi juga melempar isu yang mampu menciptakan interaksi sekaligus keterlibatan dengan pelanggan.
Perusahaan pun harus mampu memposisikan diri sebagai penyedia solusi, alias bukan hanya sebagai perusahaan yang berorientasi pada penjualan. Contoh sederhana adalah banyak usaha kecil yang menggunakan halaman Facebook mereka hanya untuk memposting bisnis mereka, produk, jasa, dan penjualan. Mereka memang harus melakukan itu, tapi tentu saja mereka juga harus memposting foto-foto dari pelanggan yang happy dengan produk atau layanan mereka, mengajukan pertanyaan menarik untuk mendapatkan umpan balik yang berharga, serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diposting oleh orang lain. Mirisnya, banyak pemasar meluangkan waktu untuk menulis apa yang mereka inginkan, tetapi mereka tidak meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan yang diposting oleh para follower mereka.
4. Gagal Menjawab Kebutuhan Kustomer
Banyak pemilik usaha kecil merasa mereka tahu pasar mereka, tapi mereka tidak pernah meluangkan waktu untuk mempelajarinya. Padahal, banyak pelanggan yang senang untuk memberikan umpan balik gratis dan berharga, yang dapat membantu Anda lebih efektif dalam memasarkan produk dan jasa Anda.
Katakanlah Anda menjual vacuum cleaner baru dan menawarkan keunggulan berupa kemampuan yang dapat mengambil 99 persen kotoran di karpet. Kemudian, Anda pun menawarkan diskon promosi khusus dan menyisipkan brosurnya di koran lokal. Sayangnya, ternyata target market Anda tidak concern dengan vacuum cleaner yang mampu menyedot kotoran hingga 99 persen.
5. Gagal untuk Mencoba Hal Baru
Marketers dituntut untuk terus menerus mencoba hal-hal baru, termasuk mencoba saluran pemasaran yang baru. Ya, marketers memang harus mencoba cara atau pendekatan baru untuk mengembangkan bisnis. Itu sebabnya, pemasaran konvensional dengan iklan di TV, cetak, katalog, blog, hingga word of mouth saja tidaklah cukup. Cobalah facebook marketing, yang memang tengah mewabah saat ini. Setidaknya. marketers harus mencoba saluran baru setiap tahunnya.
Perlu diingat, marketers juga masih perlu untuk menerapkan prinsip-prinsip pengujian terhadap saluran pemasaran baru yang akan digunakan. Hal itu untuk mengidentifikasi saluran pemasaran mana yang akan berhasil dan mana yang tidak. Mencoba hal-hal baru berarti Anda juga akan menghadapi beberapa kegagalan. Namun, Anda juga akan menemukan sumber pendapatan baru—yang kadang-kadang mengejutkan.