Mendefinisikan Kembali Soal Pengalaman (Expriential) Konsumen

 

 

Ketika orang dapat membeli produk dan layanan di mana saja dan kapan saja, gerai atau toko fisik tertantang untuk menemukan solusi baru, yakni memberikan sesuatu yang bisa melibatkan pelanggan dengan cara yang tidak atau belum dapat direplikasi secara online.

Tahun 2017 ini bisa dikatakan sebagai masa terburuk untuk bisnis ritel di Indonesia sejak kriris 1998. Dimulai dari bubarnya 7- Eleven, yang selama ini menjadi tempat nongkrong generasi milenial pada Juni, disusul tiga gerai Lotus, lalu sejumlah gerai Matahari, Hypermart, Ramayana, sampai Debenhams.

Biaya tinggi dan kecilnya pemasukan menjadi alasan penutupan gerai-gerai tersebut, Jaringan 7-Eleven misalnya, menangguk rugi lebih dari Rp 400 miliar. Pada awalnya, gerai 7-Evelen begitu diminati remaja sebagai tempat berkumpul dalam suasana terbuka di beberapa pusat keramaian dan sebagai meeting point.

Namun di saat yang sama, Matahari dan Ramayana, juga membuka sejumlah gerai baru. Setidaknya ada dua hal yang dianggap ikut menjadi penyebab gulung tikarnya sejumlah gerai ini, yakni daya beli masyarakat menurun dan pergeseran pola belanja dari offline ke online sehingga membuat gempuran baik dari sisi jumlah maupun promosi toko online makin masif. Kalau Ada jalan-jalan ke mall, keramaian di mall pada umumnya ada di titik kuliner dan supermarket.

Yang menarik adalah maraknya retail asing. Selama tahun 2017 kemarin, ada penyedia jasa perawatan kulit dan kecantikan asal Korea, yaitu Innisfree, yang membuka toko andalan pertamanya di Central Park, dengan target segmen menengah dan atas. Resto makanan sehat baru yaitu The Good Stuff, dan ramen Jepang, Iwata Aburasoba, juga membuka gerai pertama mereka di Central Park. Area yang duku ditempati Best Pongs Home Center di Mal Kelapa Gading telah digantikan oleh Chir Chir, Putien, Sushi Tei, Tawan, dan Gyu-Kaku.

Di lantai dasar Mall Kelapa Gading, The Goods Cafe dan The Goods Dept membuka gerai baru mereka pada bulan Maret 2017. Selanjutnya, LC Waikiki, sebuah merek fashion dari Turki, membuka toko pertamanya di Indonesia, di Gandaria City, Jakarta Selatan. Pada bulan Februari 2017, Klinik BIC Bunda membuka gerai pertamanya di Mall, di Pacific Place, SCBD.

“Tahun ini konsumen berkuasa dan mereka menikmati pilihan yang ada dan keterjangkauan biaya yang diberikan pasar global. Kekuasaan bergeser dari mereka yang membuat dan menjual produk kepada pelanggan yang membeli produk tersebut. Pengusaha retail dipaksa untuk menawarkan nilai dan kenyamanan secara terus-menerus kepada konsumen,” kata Ade Elimin, Retail & Consumer Leader PwC Indonesia.

Saat ini, merchant tidak bisa lagi bergantung sepenuhnya pada anchor tradisional - biasanya department store - untuk menarik orang banyak. Sebab bagaimanapun jumlah departement store mulai menyusut. Di Amerika Serikat misalnya, menurut Coresight Research, jumlah department store menyusut menjadi 4,750 pada 2023, atau turun 19,5% dibandingkan tahun 2017.

E-commerce memang mengubah harapan konsumen. Menurut survei Valassis yang dilakukan Mei 2018 lalu, lebih dari separuh konsumen melakukan belanja online. Ketika ditanya mengapa mereka memilih untuk tidak berbelanja di mal, alasan utama responden adalah bahwa e-commerce memberikan lebih banyak pilihan (40%), dan bahwa mereka ingin menghindari orang-orang atau harus parkir (38%).

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)