Pertarungan Stasiun TV Makin Sengit, Apa Kabar TVRI?

tvri

Di tengah euphoria penggunaan media digital di Indonesia, media televisi masih menjadi primadona channel bagi para penonton negeri ini. Bahkan pada saat industri periklanan—yang menjadi sumber utama pendapatan stasiun televisi—melesu dua tahun belakangan ini, persaingan di industri televisi (stasiun TV) justru makin menguat. Mereka berebut perhatian pemirsa (audience share dan rating) lewat konten program dan berebut kue iklan melalui penawaran paket-paket istimewa. Pertarungan makin sengit dengan kehadiran TV digital dan TV berbayar yang juga tak kalah agresif.

Apa kabar dengan TVRI, stasiun televisi pertama di Indonesia yang lahir lebih dari 50 tahun silam? Pernah mengalami masa kejayaan hingga akhir tahun 80-an sebagai satu-satunya stasiun televisi di Indonesia, nasib TVRI kini seperti “tenggelam” dalam agresivitas stasiun TV swasta. Ironisnya, stigma negatif sebagai stasiun TV jadul (zaman dulu) yang kuno, dan ditonton oleh orang-orang tua, masih lekat menempel pada brand TVRI.

Tak ingin larut dengan stigma negatif itu, pada lima tahun silam TVRI mencanangkan revitalisasi besar-besaran. Menggunakan momentum berkembangnya teknologi penyiaran digital pada 2010, TVRI secara bertahap merevitalisasi semua lini dan mencanangkan diri untuk membangun penyiaran televisi digital di seluruh Indonesia.

Revitalisasi ini juga diikuti dengan perekrutan pimpinan divisi usaha dari kalangan profesional. Pada 2014 Adam Bachtiar ditunjuk untuk mengisi pos Direktur Pengembangan dan Usaha TVRI. Adam adalah seorang profesional di dunia Teknologi Informasi yang memiliki jam terbang yang cukup tinggi. Dia pernah menjabat sebagai Indonesia Country Manager di Regus, Country Manager di Dun & Bradstreet Credibility Corp., General Manager di Epson Indonesia, Sales Manager Cisco, hingga Product Manager IBM.

Kepada MIX Adam tidak menampik adanya persepsi negatif tentang TVRI seperti yang digambarkan di atas. “Pekerjaan Rumah (PR) paling besar yang harus dihadapi TVRI saat ini adalah melawan persepsi publik bahwa TVRI adalah TV yang tua, jadul, kuno, ketinggalan jaman, acaranya norak, hingga kualitas gambar dan suara jelek. Memang tidak mudah untuk mengubah persepsi itu,” aku Adam.

Adam lalu membeberkan langkah rejuvinasi yang dilakukan TVRI dalam lima tahun terakhir. Aset dan sumber daya manusia (SDM) menjadi fokus pertama upaya ini, selain konten program acara, dan penggunaan teknologi media baru atau digital. Target akhirnya, tentu saja, mengubah stastus TVRI dari organisasi yang tadinya cost center alias proyek rugi, menjadi organisasi profit center yang menguntungkan.

Pertama, dari sisi peremajaan aset dan infrastruktur, menurut Adam, saat ini TVRI telah mengembangkan 12 pemancar di 10 lokasi menjadi pemancar digital—dari 376 total jumlah pemancar yang dimilikinya. Pada 2016 Adam menargetkan TVRI di seluruh ibukota propinsi bersiaran digital. Dan pada 2018, Adam menargetkan TVRI bisa mendigitalisasi seluruh infrastruktur yang dimiliki. “Obyektifnya, agar siaran TVRI digital dapat menjangkau sampai ke pelosok negeri dengan cakupan seluruh wilayah Indonesia,” lanjutnya.

Sementara untuk langkah optimalisasi aset, menurut Adam, TVRI akan membuka kerja sama dengan mitra-mitra seperti stasiun televisi swasta lokal dan nasional, penyedia jasa telekomunikasi seluler, stasiun radio, penyedia jasa internet, dan lainnya. “Ini untuk pemanfaatan studio dan pemancar digital yang kami miliki,” ujar Adam. Pun demikian dengan Studio Alam yang dimiliki TVRI di kawasan Depok, Jawa Barat, menurut Adam, juga akan mengikuti perkembangan teknologi digital dengan tetap mengacu pada konsep “broadcasting tourism.”

Masih soal aset, lanjut Adam, TVRI akan mengembangan Puslitbang (Pusat Penelitian dan Pengembangan) dan Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Latihan) berbasis teknologi digital di seluruh stasiunnya di daerah—di 29 ibukota provinsi. “Nantinya, aset Puslitbang dan Pusdiklat itu akan diarahkan menjadi School of Broadcasting dan Center of Excellence di industri penyiaran, yang bukan hanya berfungsi dari sisi komersial, tapi juga dari sisi pendidikan bagi masyarakat di bidang penyiaran televisi,” tegasnya.

Kedua, dari sisi konten siaran digital, menurut Adam, saat ini TVRI telah mengoperasikan empat slot siaran TV digital—dari 12 slot digital yang tersedia. Keempat slot itu adalah TVRI-1 untuk siaran nasional, TVRI-2 untuk siaran TVRI Stasiun Daerah, TVRI-3 untuk siaran budaya dan pariwisata, dan TVRI-4 untuk siaran olah raga.

“Nantinya, keempat slot itu akan menjadi brand tersendiri yang menyasar pasar yang segmented. Seperti halnya ketika berbicara tayangan movie, orang akan merujuk pada HBO. tayangan olahraga merujuk kepada ESPN, dan seterusnya. Kami berharap ke depannya, berbicara tayangan olahraga, maka orang akan merujuk TVRI Sport misalnya,” papar Adam.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)