Saatnya Manfaatkan "Demam" Selfie Sebagai Tools Marketing

Mengambil foto selfie dan membagikannya ke sosial media kepada teman maupun followers, kini telah menjadi hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari. Hampir kebanyakan dari kita melakukan hal tersebut tanpa perlu berpikir panjang.

selfie Fenomena selfie dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para marketers

Di era digital seperti sekarang ini, melakukan hal tersebut sangatlah mudah, mengingat banyak sekali kamera berkualitas tinggi yang telah terkoneksi dengan internet di dalam kantong maupun tas mereka. Dengan demikian, memungkinkan orang untuk mem-publish gambar sehingga dapat dilihat secara langsung oleh siapa saja dan di mana saja.

Ada sejumlah alasan mengapa selfie menjadi salah satu tools pemasaran yang popular di dunia. Bahkan, selfie dianggap sebagai tools pemasaran yang mudah dan tidak memerlukan bujet besar. Berikut ini empat alasan mengapa marketers harus memanfaatkan demam selfie sebagai tools pemasaran mereka.

1. Publik Lebih Banyak Mencari “Executive Style” Stories
Selfie telah menjadi bagian penting dalam keseharian masyarakat saat ini. Nampaknya tidak ada seorang pun yang menganggap mustahil jika bintang reality show Kim Kardashian merilis sebuah coffee table book 352 halama berisi foto selfie-nya

Penemuan terbaru kami menunjukkan bahwa “selfie obsession” telah membawa dampak yang lebih besar dibandingkan hanya untuk menunjukkan kepada teman-teman mengenai aktivitas kita. Banyak perusahaan besar memanfaatkan kesempatan ini untuk meraih pemasukan finansial.

2. Kita Semua adalah Brand Ambassadors
Marketing departement kini sedang mencoba memanfaatkan demam selfie di kalangan karyawan perusahaan. Departemen marketing berharap mereka yang notabene juga netizen, bisa sebagai brand ambassadors. Demikian diungkapkan pakar tren global Chris Sanderson.

Co-founder London-based The Future Laboratory menyorot bahwa selfie bukanlah trend baru di kalangan seniman dan fotografer, mengingat mereka telah memproduksi self-portrait selama berabad-abad. Satu-satunya yang terbaru ialah teknologi telah mengubah hal tersebut menjadi fenomena global. Penyebutan kata “selfie” pun mengalami peningkatan lebih dari 13.000 persen di tahun 2013.

“Ini menunjukkan bagaimana suatu trend dapat berubah menjadi sesuatu yang sifatnya mainstream, dan cenderung untuk bergerak ke arah viral,” ungkap Sanderson. “Sering kali Anda mendapati bahwa suatu hal yang populer di kalangan terbatas atau telah menjadi minor interest yang tiba-tiba booming secara global, sehingga semua orang ingin melakukan atau terlibat dalam hal tersebut.”

Sejatinya, selfie dapat menjadi tools pemasaran yang efektif dan tidak mahal. Coba bandingkan dengan mereka yang perlu menghabiskan puluhan hingga ratusan ribu dollar untuk menyewa sebuah billboard atau memasang iklan koran, yang mana sering kali diabaikan. Sementara selfie bisa menyusup di layar tablet atau ponsel seseorang, yang kemungkinan dapat dilihat setiap harinya. Bahkan, mereka pun dapat terlibat dan berinteraksi langsung.

3. Selfie Membuat Segalanya Menjadi Personal

Ini bukan hanya soal menempatkan iklan di dalam aplikasi, tools dan games yang digunakan oleh masyarakat, namun mengadopsi selfie ke sosial media untuk dijadikan sebagai marketing merupakan cara yang efektif.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)