Saatnya Manfaatkan "Demam" Selfie Sebagai Tools Marketing

Tak sedikit foto selfie yang Anda ambil dan posting di sosial media ketika Anda dan beberapa teman tengah berada di depan sebuah restoran cepat saji. Mengingat bahwa kebanyakan platform sosial media memberikan hak kepada user untuk mem-posting materi sesuka mereka, secara teoritis merupakan hal yang mungkin jika foto selfie akan menjadi bagian dari marketing perusahaan. Foto tersebut juga dapat digunakan sebagai sumber informasi berharga oleh para social media analyst brand sehingga mereka akan menjadikan Anda sebagai target di masa yang akan datang.

Beberapa pengguna sosial media secara sengaja ber-selfie dengan brand mewah, men-tag diri mereka ketika menggunakan pakaian atau produk mereka dengan harapan akan diperhatikan. Bahkan, mereka berharap mendapat reward berupa produk gratis ketika mereka dianggap sebagai influencer utama brand tersebut melalui jumlah audiens yang dapat mereka raih melalui postingan tersebut.

“Tantangan untuk brand adalah 'bagaimana memilih dan menemukan siapa saja di antara orang-orang itu yang merupakan konektor terhebat? Siapa yang didengarkan oleh orang-orang?" ungkap Sanderson.

“Mereka penting bagi saya, karena mereka menghubungkan brand saya dengan seluruh audiens baru. Sekarang saya ingin mengenal mereka dan saya ingin memberi reward. Begitulah cara kerja saat ini," tambahnya.

4. Selfie dengan Brand Mewah Sudah Menjadi Habit Konsumen
Sanderson berkata bahwa memamerkan belanjaan atau “hauls” kepada teman dan followers di sosial media sudah menjadi habit konsumen saat ini.

“Orang-orang memiliki passion dan keinginan untuk memiliki value nyata terhadap brand, karena mereka telah menjadi audiens dari sekumpulan orang yang akan menghargai apa yang dikatakan brand," ungkapnya.

Selfie juga telah membentuk fondasi bagi beberapa kampanye marketing terkemuka. Satu yang menarik adalah ketika Sydnye hotel, 1888, yang telah memiliki selfie booth selalu mengajak para tamunya untuk mengambil gambar di Instagram foto mereka, yang kemudian akan dibuat dalam bentuk mural digital.

Jika Anda tidak dapat menyeimbangi narsisme yang mendorong terjadinya tren selfie, jangan khawatir. Sanderson memprediksi bahwa tren ini akan menyusut, walaupun ia tidak akan pernah mati.

“Seperti virus, ketika mereka mencapai titik ekstrim, mereka akan datang dan pergi. Selfie akan selalu berada di antara kita. Namun ia akan berubah, ia akan pergi, ia akan bergerak menjadi sesuatu yang lain, namun kita akan tetap mengambil foto selfie.”

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)