Ketika tekanan membungkam keberanian, Pippa Grange muncul sebagai kekuatan sunyi di balik transformasi mental Timnas Inggris, menjadikan kegagalan sebagai pijakan menuju kemenangan.
.
.
Pippa Grange adalah nama yang jarang terdengar di antara sorotan lapangan sepak bola. Tapi perannya telah mengubah emosi salah satu tim paling banyak mendapat tekanan di dunia: tim nasional putra Inggris.
Jelang Piala Dunia 2018, pemain Timnas Inggris mengalami masalah kelelahan. Menurut mantan pelatih Inggris, Sven-Goran Eriksson, para pemain sudah terkuras dalam kompetisi domestik yang sangat menuntut.
Kurangnya libur pertengahan musim merupakan alasan mengapa Inggris kerap tampil di bawah kemampuan terbaiknya di turnamen-turnamen internasional utama.
Itulah, begitu Tim Inggris lolos ke pergelaran Piala Dunia 2018 di Rusia menyeruak euforia. Dan di balik kesuksesan itu ada sosok yang bekerja dalam senyap, namun memiliki pengaruh besar. Dialah Dr. Pippa Grange.
Lahir di Yorkshire, dia itu penggemar klub Arsenal. Grange menyelesaikan studi ilmu olahraga di Loughborough University dan sempat bermain bola basket di Liga Nasional Inggris.
Pada tahun 1996, ia pindah ke Australia untuk menempuh program doktoral di bidang psikologi.
Sejak saat itu, ia berkiprah sebagai _culture performance coach_ bagi berbagai organisasi olahraga, termasuk tim rugby di Selandia Baru dan asosiasi pemain Australian Football League.
Keahliannya, mengubah budaya dalam kelompok. Di Australia, ia membangun reputasi sebagai sosok yang berani menghadapi isu-isu sulit secara langsung.
Dia psikolog olahraga dan pelatih budaya, yang lebih banyak berbicara tentang ketakutan, keberanian, dan makna kegagalan, ketimbang strategi formasi di atas rumput.
Dan ia ditunjuk oleh Asosiasi Sepak Bola Inggris...
