Ada Superman, ada Batman, ada Spiderman, ada Avengers, Hulk, dan sebagainya. Anda mungkin tidak pernah menyadari betapa banyaknya keributan yang terjadi di saraf kita ketika seseorang mendapatkan rangsangan berupa informasi. Di tengah keributan itu, Anda tentu tidak membayangkan bagaimana seseorang bisa mengingat dan mengenali dua dari lima nama atau lebih dalam daftar tadi.
Tetapi saya yakin Anda lebih mudah mengenali mereka ketimbang nama-nama yang tidak popular atau tidak Anda kenal sebelumnya. Ini memberikan bukti bahwa setiap cerita diwakili masing-masing nama dalam daftar tadi membangkitkan respon neurologis kuat ketika memori dipanggil kembali.
Hasil yang sama terjadi ketika Anda mengingat cerita merek. Pernahkah Anda membayangkan mengapa CocaCola yang telah berusia 125 masih tetap relevan bagi semua orang? Banyak orang mengatakan bahwa inilah satu dari sekian puluh merek yang mampu menempatkan dirinya dalam gelombang budaya pop dan menyuntikkan titik pandangnya.
Pada awal 70-an, merespons pasca-Perang Vietnam perselisihan dengan ikon iklan "Hilltop". Empat puluh tujuh tahun silam, McCann membuat film iklan terkenal "Hilltop" di sebuah bukit di luar Roma, Italia. Dirilis di AS pada bulan Juli 1971, iklan, yang menampilkan sekelompok anak muda berbagai bangsa dan budaya itu menyanyikan jingle – secara lip-syncing – menuai sukses besar. Pada November tahun yang sama, The Coca-Cola Company menerima lebih dari 10.000 surat pujian. Orang-orang meminta stasiun radio dan televise memutar iklan komersial itu.
Pada 2007 Coke menjadikan Super Bowl sebagai medan peluang untuk promosi. Mereka mengubah dan menciptakan permainan Grand Theft Auto menjadi kendaraan untuk membangun kasih saying. Gelombang budaya global Coke juga masuk ke dalam budaya lokal. Di Cina, Coke membenamkan dirinya ke dalam bangsa yang kini sedang menikmati kekayaannya itu dengan memasukan tradisi baru ke dalam Tahun Baru China dengan ritual baru, First Coke of the Year. Di AS, Coke membentuk tradisi perayaan Natal degan memberikan sentuhan image modern bahwa warna merah Coke serasi dengan warna busana Santa yang merah dengan menguatkan makna sukacita dan menyebarkan kebaikan untuk semua.
Asisten Profesor Uri Hasson dari Departemen Psikologi dan Neuroscience di Princeton University menjelaskan tentang percobaan dimana pemirsa diminta menyebut sebuah episode Sherlock yang tayang di BBC yang pertama muncul dalam pikiran mereka. Mereka kemudian diminta untuk menggambarkan episode itu kepada seseorang yang tidak pernah melihatnya. Sebagai pendongeng, orang itu lantas menjelaskan karakter dan peristiwa episode itu. Ini menunjukkan bahwa otaknya menunjukkan pola aktivitas yang unik dar. Secara bersamaan, pendengar yang mengenal sesuatu yang diketahuinya menyerap setiap plot dua kali lebih banyak dari pada yang tidak mengenalnya. Semakin pendongeng menguraikan peristiwanya, orang semakin berusaha mensinkronkan dengan ingatan yang lain, yakni merek,
Sekarang, bayangkan sebuah ruangan beragam penuh dengan campuran orang beragam usia, etnis, jenis kelamin, dan latar belakang. Sebuah campuran dari sikap politik, pandangan dunia, mencintai, membenci, sakit, dan sukacita. Selanjutnya, bayangkan pikiran mereka semua sinkron dengan Anda. Secara default, semua otak berusaha menambahkan satu ingatan dengan satu sama lain. Ini akan menjadi indah. Dan salah satu alat yang terbukti mampu mencapai ini adalah cerita.