Empat Tahun Perjalanan Transformasi dan Kontribusi OVO untuk Indonesia

“You have to maintain a culture of transformation and stay true to your values”  (Jeff Weiner) 

Perusahaan atau brand harus dapat mempertahankan budaya transformasi dan tetap mengusung corporate value atau nilai-nilai perusahaan. Kutipan Jeff Weiner, pengusaha Amerika yang dikenal sebagai CEO LinkedIn ini, sejatinya sejalan dengan prinsip yang diusung OVO.

Sebagai platform pembayaran digital, sejak hadir pada 25 September 2017 lalu, OVO  bersama para pemangku kepentingan dan karyawan telah berkolaborasi dalam membantu meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia melalui akselerasi transformasi pembayaran digital. Semangat transformasi ini pula yang OVO hadirkan pada  Hari Ulang Tahun  (HUT)-nya yang ke-4, yakni #BertransformasiBersamaOVO4Tahun.

Kendati masih terbilang belia, empat tahun, OVO  sudah berhasil “unjuk gigi” dengan sederet prestasi. Antara lain, hanya dalam kurun waktu dua tahun, OVO telah dinobatkan sebagai financial technology (fintech) unicorn pertama pada 2019. Bahkan, merujuk Studi Perilaku Penggunaan Pembayaran Digital dan Layanan Keuangan di Indonesia, yang dirilis Kadence International Indonesia pada 2021, OVO menjadi platform pembayaran digital yang paling banyak digunakan, dengan mayoritas berada di usia produktif.

Meraih sederet prestasi tentu saja bukan perkara mudah. Mengingat, sejumlah tantangan harus dihadapi OVO. Mulai dari mengubah perilaku konsumen Indonesia yang telah terbiasa dengan transaksi tunai menjadi non tunai atau cashless, hingga mencuri perhatian konsumen di tengah pertarungan sengit para pemain dompet digital lainnya. Lantaran, kompetitor seperti Gopay, DANA, Linkaja, ShopeePay, dan paling anyar Blu juga masif merangsek pasar.

Dijelaskan Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra, “Sejak awal, OVO mengadopsi prinsip open ecosystem dan model terintegrasi untuk menciptakan lanskap pembayaran digital dan layanan keuangan yang inklusif. Hal ini menjadi bagian terpenting dari transformasi pembayaran digital yang dijalankan oleh OVO, sehingga mampu membuka akses luas bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk berbagai penggunaan, diimbangi dengan kemudahan dan keamanan akses dalam bertransaksi digital.”

Lebih jauh ia menjelaskan, selama empat tahun perjalanannya, kehadiran transformasi pembayaran digital OVO telah menjadi penghubung bagi beragam layanan keuangan yang komprehensif dan multi bidang, baik transaksi online maupun offline. “Tidak hanya menjadi penghubung transaksi digital seperti transportasi, pemesanan makanan, dan belanja online, tetapi layanan OVO saat ini telah berkembang mencakup asuransi, investasi, hingga pinjaman,” urai Karaniya, pada kesempatan konferensi pers yang digelar OVO pada hari ini (28/9), secara virtual.

Sejatinya, transformasi OVO selama empat tahun ini dapat dilihat dari berbagai inovasi layanan yang senantiasa dihadirkan. Ditambahkan Harumi Supit, Head of Corporate Communication OVO, pada layanan pembayaran online dan offline, layanan OVO meliputi merchant, makanan, eCommerce, donasi, utilitas, edukasi, pulsa hingga gaming. Sementara itu, pada layanan keuangan, OVO memiliki layanan OVO Invest (meliputi reksadana pasar uang dan reksadana uang syariah), OVO Proteksi (asuransi untuk layar smartphone, sepeda, hingga proteksi kesehatan syariah), OVO Modal Usaha (berupa pinjaman modal UMKM yang disediakan melalui Taralite, entitas pinjaman P2P OVO), serta OVO for Business yang merupakan layanan khusus untuk korporasi.

Layanan yang dihadirkan OVO senantiasa disambut positif oleh pasar. "Terbukti, setelah tiga bulan diluncurkan, layanan OVO Invest sudah meraih 450 ribu pengguna," ungkap Harumi.

Di usia keempat, sejumlah tonggak bersejarah berhasil ditancapkan OVO. Selama empat tahun ini, OVO telah menjangkau lebih dari 430 kota dan kabupaten serta mencapai lebih dari 1 juta merchant QRIS. Berikut ini perjalanan merek OVO selama empat tahun kehadirannya di Indonesia.

2017, Branding dan Ekspansi

Di bawah bendera PT Visionet Internasional, OVO resmi hadir di Indonesia pada September 2021. Branding dan ekspansi ke calon pengguna, merchant, dan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) mulai dilancarkan OVO. Hasilnya, hanya dalam kurun waktu dua bulan, tepatnya November 2017,  pengguna OVO telah tumbuh lebih dari 400 persen dan berasal dari layanan transportasi, ritel, dan e-commerce. Bahkan, di 2017, ada lebih dari 500.000 gerai offline yang telah menggunakan OVO sebagai metode pembayaran. Di tahun ini, OVO sudah mulai memperkuat platform-nya dengan mengembangkan QR Code guna mendukung pemberdayaan UMKM.

2018, Tumbuh Eksponensial Berkat Kolaborasi

OVO makin memperkuat posisinya sebagai platform pembayaran digital melalui kolaborasi dengan dua platform ternama, yakni dengan penyedia layanan ride hailing terdepan di Asia Tenggara, Grab; dan platform eCommerce sekaligus unicorn Indonesia, Tokopedia. Kolaborasi ini menjadikan OVO sebagai platform pembayaran digital pertama di Indonesia yang diterima di jaringan ritel, warung, e-commerce, hingga jasa online dan on-demand, dengan lebih dari 500,000 gerai offline. Di tahun ini, OVO juga berfokus untuk mengembangkan QR Code guna mendukung pemberdayaan UMKM. Hingga  Agustus 2018, total 9.000 UMKM telah bekerja sama dengan OVO. Bahkan di penghujung 2018, OVO  telah hadir di 303 kota di Indonesia.

Di tahun ini, OVO menerapkan strategi tiga pilar, yakni dengan memperluas jaringan dan berintegrasi ke dalam berbagai industri yang paling sering digunakan oleh masyarakat Indonesia. Dalam hal ini,  gerai ritel (yang meliputi mal, warung, toko kelontong, dan lainnya), layanan online-to-offline (O2O),  serta yang terbaru kerja sama dengan e-commerce.

2019, Menjadi Fintech Unicorn Pertama

OVO berhasil memproses 1 miliar transaksi serta peningkatan jumlah transaksi lebih dari 70% pada sepanjang tahun 2019. Di tahun ini, OVO juga menjalin kerja sama dengan PT Pegadaian (Persero). Kolaborasi ini merupakan potensi pasar yang besar bagi OVO untuk mendapatkan pengguna baru, di mana jumlah nasabah Pegadaian saat itu sudah mencapai lebih dari 13,4 juta. Di tahun ini pula OVO dinobatkan sebagai financial technology (fintech) unicorn.

2020, Bertabur Penghargaan

Di tahun 2020, OVO berhasil meraih sejumlah penghargaan, yang mencakup berbagai aspek, mulai dari merek uang elektronik pilihan versi Marketeers Youth Choice Brands of the Year 2020, dompet digital terbaik versi The Asian Banker International Excellence in Retail Financial Awards 2020, layanan konsumen (customer service) yang handal dari Indonesia Contact Center Association (ICCA), penghargaan Contact Center World karena dianggap sukses menjadi salah satu mitra pemerintah Indonesia dalam penyaluran dana program Prakerja, hingga penghargaan atas kemampuan analisa data pengguna dari Cloudera Global Data Impact Award.

2021, Mayoritas UMKM Memilih OVO

Sampai akhir Juni 2021, OVO telah menyalurkan lebih dari Rp 6,3 triliun dana bantuan pemerintah kepada 2,6 juta penerima manfaat Kartu Prakerja. Di tahun ini, menurut Studi Perilaku Penggunaan Pembayaran Digital dan Layanan Keuangan di Indonesia, yang dirilis Kadence International Indonesia, OVO berhasil menjadi platform pembayaran digital yang paling banyak digunakan, dengan mayoritas berada di usia produktif.

Diterangkan Harumi, di tahun ini, OVO juga berhasil memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap para pelaku UMKM di Indonesia. Merujuk studi CORE Indonesia, sebanyak 70% UMKM mengalami peningkatan transaksi harian setelah bergabung dengan OVO. Bahkan, 82% mitra OVO terbantu oleh ekosistem OVO di tengah pandemi. Sementara itu, 84% UMKM menyatakan terbantu oleh aplikasi OVO di tengah pandemi. Studi lainnya, Survey Mandiri Institute pada kuartal kedua 2021 menyebutkan bahwa UMKM yang menggunakan alat pembayaran digital, 72%-nya memilih OVO.

Sarah Diana, seorang pelaku usaha dan founder Roti Eneng dari Jakarta bercerita bahwa bisnis yang dibangunnya sejak 2014 di Pasar Santa, sekarang telah menjadi salah satu kuliner favorit warga Jakarta. “Roti Eneng adalah merchant OVO di toko terletak Gandaria dan E-commerce. OVO memberikan kemudahan, keamanan dan kenyamanan bertransaksi baik secara offline dan online, yang saya yakin menjadi nilai tambah bagi para konsumen,” kisahnya.

Fasilitas dan kemudahan yang ditawarkan oleh OVO juga ikut dirasakan oleh Ryan Ridhwan Arief sebagai salah satu pemilik merek pakaian Super Sentimental Secret Theory (SSST) asal Bandung. Sejak dikembangkan di tahun 2020, SSST menawarkan berbagai jenis pakaian mulai dari kaos, jaket, celana, sampai berbagai aksesoris dengan nuansa streetwear dan mendapatkan penerimaan yang positif dari masyarakat Indonesia.

"Pembayaran digital melalui OVO sudah ada sejak SSST berdiri, karena kami mengetahui sudah banyak masyarakat menggunakan OVO. OVO ikut berperan aktif dalam mengembangkan bisnis kami dalam setahun ke belakang melalui penyediaan layanan pembayaran digital yang sangat mudah diakses oleh seluruh konsumen kami," kisah Ryan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)