INDOMIE, THE FIRST INDONESIA's BRAND IN TOP-10 GLOBAL BRAND

Dari sisi harga, di sejumlah negara Indomie tergolong lebih murah dibandingkan merek mie instan dari negara lain. Indomie dapat dibeli secara satuan (per bungkus), paketan per lima bungkus, atau paket satu kardus berisi 30 atau 40 bungkus dengan harga yang relatif ekonomis.

Setelah harga yang affordable dan ketersediaan produk yang sesuai dengan standard kualitas dan keamanan pangan negara-negara tujuan, Indofood meluncurkan varian rasa Indomie yang cocok dengan selera pasar di negara tersebut dan memperkuat kehadirannya di pasar dengan kampanye untuk membangun awareness. Kalau kita berselancar di dunia maya, kita akan mendapatkan gambar-gambar aktivasi merek dan kampanye Indomie di berbagai negara.

Tiga Kunci Sukses
Keberhasilan Indomie menjadi backbone brand Indofood dan kini diakui sebagai global brand ini, menurut Franky, tak lepas dari tiga kunci utama, yaitu konsisten dalam menciptakan inovasi pemasaran untuk memperkuat merek dan kinerja Indomie.

Dari sisi produk, lanjut Franky, sampai saat ini Indomie konsisten berinovasi mengembangkan produk baru yang bisa diterima pasar sehingga Indomie memiliki 10 varian produk (Indomie Goreng, Indomie Kuah, Indomie Jumbo, Selera Nusantara, Mi Kriting, Taste of Asia, Kuliner Indonesia, My Noodlez, Real Meat, dan Bite Mie).

Demi menghadirkan inovasi secara kosisten, menurut Franky, Research and Development (R&D) menjadi hal yang never ending, jalan terus. “Tim R&D Indomie terus menghimpun insight untuk menghasilkan inovasi. Stok inovasi akan terus ada dan akan dipilih untuk dieksekusi sesuai dengan kebutuhan pasar,” ujar Franky.

Dari sisi produk, Indomie tercatat merek yang paling lengkap dalam menghadirkan varian produk mi instan. Indomie menawarkan kelengkapan rasa yang mampu memanjakan lidah seluruh konsumen di Indonesia lewat varian Selera Nusantara dan Kuliner Indonesia. Sedangkan untuk konsumen yang menyukai selera luar negeri (termasuk konsumen mancanegara), Indofood menawarkan varian Taste of Asia—yang hadir dalam tiga pilihan rasa autentik, yaitu Rasa Bulgogi ala Korea, Rasa Tom Yum ala Thailand, dan Rasa Laksa ala Singapura.

Dari sisi jangkauan segmen market, Indomie juga menghadirkan varian yang disesuaikan dengan segmennya. Contohnya, varian Indomie regular untuk semua segmen, My Noodlez yang menyasar segmen anak-anak, dan Real Meat yang menyasar segmen premium. Demikian juga dari sisi distribusi, Indomie tercatat sebagai merek yang terdepan dalam merangsek pelosok Indonesia maupun 60 negara di dunia.

Kunci yang kedua adalah percaya diri bahwa produk, distribusi, harga, dan promosi Indomie merupakan yang terbaik, sehingga dapat diterima dan direspon positif oleh pasar—baik pasar lokal maupun mancanegara. Dan kunci yang ketiga adalah Kerja Keras. “Keberhasilan sebuah merek atau perusahaan akan sangat bergantung pada timnya.” Jadi, katanya, karena kerja keras tim lah Indomie dapat bertahan dan sukses seperti sekarang.

Kampanye Komunikasi
Tidak ada penjelasan bagaimana detil strategi Indofood dalam membangun brand Indomie di mancanegara. Namun barangkali tindak tanduk dan laku langkah perusahaan di bawah Salim Group dalam mengembangkan brand ini di Indonesia bisa menjadi patokan.

Sebagai gambaran, berikut adalah milestone Indofood dalam membangun brand Indomie di Indonesia melalui strategi komunikasinya. Pada masa-masa awal berada di pasar, Indomie mengusung tagline “Indomie Seleraku” yang kampanyenya dikemas dalam jingle iklan “Dari Sabang sampai Merauke. Dari Timor sampai ke Talaud. Indonesia tanah airku, Indomie seleraku...” Jingle ini ditutup dengan lirik “Indomie....Indomie Seleraku. Indomie dari dan bagi Indonesia.” Melalui jingle yang dirilis pada dekade 1980 itu, Indofood ingin menegaskan bahwa Indomie adalah selera Indonesia.

Strategi kampanye lewat jingle iklan dinilai efektif—terbukti jingle ini melegenda dan tetap popular di semua lapisan masyarakat Indonesia sampai sekarang. Sampai saat ini jingle ini terus digunakan dengan sejumlah penyegaran—jingle iklan ini telah mengalami empat kali penyegaran dengan cara mengganti liriknya, belum termasuk penyegaran seasonal, seperti versi Ramadhan, Lebaran, dan Kemerdekaan.

Pages: 1 2 3 4

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)