SEPEDA MOTOR LISTRIK: MENEMBUS BATAS, MERAIH MASA DEPAN HIJAU?

Meskipun subsidi pemerintah Indonesia untuk pembelian sepeda motor listrik telah tersedia lebih dari enam bulan, adopsi dari masyarakat masih menunjukkan angka yang rendah. Dengan hanya 836 orang yang memanfaatkan subsidi dari kuota 200.000 unit, tantangan untuk mewujudkan visi kendaraan hijau terasa berat.

.

.

Lebih dari enam bulan setelah pemerintah Indonesia memperkenalkan subsidi finansial bagi mereka yang ingin membeli sepeda motor listrik, tingkat penerimaan subsidi ini ternyata jauh dari memuaskan.

Berdasarkan data terbaru (Oktober 2023) dari Kementerian Perindustrian, hanya 836 orang yang telah menerima subsidi ini, sebuah jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan kuota tahun ini yang mencapai 200.000 sepeda motor listrik.

Skema subsidi ini memberikan diskon sebesar tujuh juta rupiah untuk pembelian sepeda motor listrik satu kali. Ini merupakan bagian dari anggaran dana negara sebesar US$455,9 juta yang telah dialokasikan untuk mensubsidi penjualan sepeda motor listrik hingga tahun 2024. Subsidi ini akan mencakup penjualan 800.000 sepeda motor listrik baru dan konversi 200.000 sepeda motor bermesin pembakaran.

Febri Antoni Arif, seorang juru bicara di kementerian tersebut, mengakui bahwa program subsidi ini "belum menunjukkan kemajuan yang signifikan", terutama karena masyarakat masih mengadopsi pendekatan wait-and-see ketika beralih ke kendaraan listrik (EV).

Beberapa konsumen juga masih terhalang oleh biaya tinggi sepeda motor listrik meskipun dengan subsidi, serta ketidakakraban umum dengan berbagai merek yang tersedia. Dengan ekonomi yang tidak begitu baik dan biaya hidup yang meningkat, Arif mengatakan bahwa pertumbuhan ekosistem EV akan sangat bergantung pada daya beli masyarakat.

Anjar Widianto, seorang pekerja pabrik berusia 34 tahun, mengatakan bahwa memiliki sepeda motor listrik saat ini di luar anggarannya. Pemeriksaan oleh BT menunjukkan bahwa harga sepeda motor EV biasanya berkisar dari 15 juta rupiah hingga 38 juta rupiah.

Namun, insentif pemerintah belum menarik minat Anjar Widianto untuk membeli sepeda motor listrik. "Mengingat situasi ekonomi saat ini, harga tersebut tidak masuk akal. Nilai jual kembali juga menjadi tantangan, begitu juga dengan ketersediaan suku cadang," kata Anjar.

Ada beberapa merek sepeda motor listrik di Indonesia saat ini, termasuk merek lokal seperti Viar, Selis, Gesits, dan Alva, serta Wuling dari China. "Saya baru-baru ini mendengar tentang mereka. Menemukan suku cadang jika terjadi kerusakan adalah kekhawatiran lain. Tidak terlalu mengkhawatirkan jika Anda memiliki sepeda motor dari merek terkenal seperti Honda, Yamaha, atau Suzuki," katanya.

Anjar juga menyatakan kekhawatiran tentang daya tahan baterai, infrastruktur pengisian yang terbatas di banyak bagian negara, dan persepsi kurangnya kekakuan dan stabilitas sepeda motor listrik. "Nilai jual kembali juga menjadi tantangan, begitu juga dengan ketersediaan suku cadang, yang tidak dijamin dalam hal layanan purna jual," katanya.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)