Indonesia adalah salah satu pasar sepeda motor terbesar di dunia. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa, per Desember tahun lalu, ada sekitar 125,3 juta sepeda motor di seluruh negeri, jumlah yang jauh lebih tinggi daripada 17,2 juta mobil di jalan. Produsen Jepang mendominasi industri sepeda motor, dan Honda adalah pemimpin pasar dengan pangsa lebih dari 68 persen.
Sementara sepeda motor kemungkinan akan lebih populer daripada mobil untuk masa yang akan datang, pemerintah Indonesia ingin sepeda motor listrik mencakup 20 persen dari total produksi sepeda motor domestik.
Menurut Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik Indonesia, sepeda motor listrik hanya menyumbang 0,2 persen dari semua sepeda motor di negara itu hari ini, meskipun diharapkan tingkat ini akan melebihi 10 persen dalam lima tahun ke depan.
Untuk saat ini, jangkauan berkendara yang terbatas dan kelangkaan stasiun pengisian adalah hambatan terbesar untuk mewujudkan potensi ini, menurut Fabby Tumiwa, direktur eksekutif Institute for Essential Services Reform, sebuah think-tank di Jakarta di bidang energi dan lingkungan.
"EV masih memiliki jangkauan, kecepatan, dan kemampuan menanjak yang lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan bermesin pembakaran dalam internal yang harganya serupa, yang mempengaruhi kualitas keseluruhannya," ujarnya. Selain itu, stasiun pengisian di luar area Jakarta Raya juga terbatas, tambahnya.
Dia menyatakan bahwa pemerintah harus mempermudah bagi pembeli untuk mengajukan subsidi tujuh juta rupiah, karena prosesnya rumit akibat prosedur yang panjang dan persyaratan yang rumit. Hal ini telah membuat banyak konsumen potensial menarik diri dari aplikasi mereka.
Dalam hal biaya, dia mencatat bahwa kemajuan teknologi bisa menurunkan biaya pembelian sepeda motor listrik hingga 9 persen pada tahun 2030. "Penurunan bertahap ini diharapkan akan membuat EV lebih terjangkau, akhirnya mencapai titik harga yang sebanding dengan mobil bertenaga bensin tradisional," katanya.
Situasi ini menyoroti tantangan signifikan yang dihadapi dalam mendorong adopsi sepeda motor listrik di Indonesia. Meskipun pemerintah telah mengalokasikan dana yang signifikan untuk subsidi, masih ada banyak hambatan yang mencegah adopsi massal.
Harga yang masih relatif tinggi, kurangnya infrastruktur pengisian, dan kekhawatiran mengenai kualitas dan layanan purna jual, termasuk nilai jual kembali dan ketersediaan suku cadang, menjadi faktor utama yang menghalangi konsumen.
Di sisi lain, Indonesia sebagai salah satu pasar sepeda motor terbesar di dunia, memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemimpin dalam adopsi EV di Asia Tenggara. Namun, untuk mencapai potensi ini, akan diperlukan upaya yang lebih terkoordinasi antara pemerintah, produsen, dan konsumen.
Strategi yang lebih fokus pada peningkatan kesadaran konsumen, peningkatan infrastruktur pengisian, dan penurunan harga melalui kemajuan teknologi akan sangat penting dalam mendorong adopsi sepeda motor listrik di Indonesia.
Dengan perkembangan teknologi yang cepat dan meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim, masa depan kendaraan listrik di Indonesia tampaknya cerah. Namun, untuk mencapai transisi yang sukses ke kendaraan listrik, diperlukan sebuah ekosistem yang kuat yang mendukung baik dari sisi penawaran maupun permintaan.
Jika semua elemen ini dapat disinkronkan, maka tidak hanya masyarakat Indonesia yang akan merasakan manfaatnya, tetapi juga kontribusi yang signifikan terhadap upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan memerangi perubahan iklim.
REFERENSI
Elisa. (2023, Oct 07). Indonesia's EV push faces bumpy road as consumers hesitate despite subsidies. The Business Times https://www.proquest.com/newspapers/indonesias-ev-push-faces-bumpy-road-as-consumers/docview/2873728655/se-2
