MALCOLM GLADWELL DAN MISTERI TIM RUGBY WANITA HARVARD

Dua puluh lima tahun setelah mengguncang dunia dengan bukunya yang revolusioner, Malcolm Gladwell kembali dengan karya baru yang lebih mengejutkan, menantang cara kita memahami The Tipping Point. Tulisannya tetap kritis dan out of the box. Misalnya, mengapa sekolah-sekolah elit seperti Ivy League begitu terobsesi dengan olahraga?

.

.

Tim rugby wanita Harvard, yang awalnya tampak biasa, menjadi simbol kekuasaan tersembunyi di dunia akademis elit. Mengapa universitas terkenal seperti Harvard berfokus pada olahraga ini? Malcolm Gladwell mengungkap jawabannya dalam Revenge of the Tipping Point. Di bahasan tentang Tim rugby Wanita Harvard, Gladwell memulianya dengan cerita.

Suatu hari di musim gugur, tim rugby wanita Harvard tiba di lapangan olahraga nan sepi di kampus Princeton untuk bertanding. Tim tuan rumah mengenakan seragam hitam dan oranye, sementara Harvard datang dengan seragam putih mereka.

Penontonnya sedikit, hanya segelintir orang yang berdiri di pinggir lapangan, dan sebuah tenda kecil melindungi peralatan para pemain. Meskipun cuaca semakin tidak bersahabat, sebuah livestream di YouTube memungkinkan penonton yang tidak hadir untuk mengikuti pertandingan.

Komentator mulai menyebutkan nama-nama pemain Harvard dengan penuh antusias: Eva, Brogan, Maya, Tiahna, Skylar, Elizabeth, Zoë, Caroline. Mereka memperingatkan penonton dan pemain tentang larangan tindakan diskriminatif dan intimidasi. Pertandingan dimulai setelah lagu kebangsaan diputar.

Harvard tidak datang hanya untuk bermain. Mereka datang sebagai tim unggulan, tak terkalahkan sepanjang musim, menghancurkan lawan-lawan sebelumnya seperti Quinnipiac University dan American International College.

Princeton sendiri baru memulai program rugby wanita mereka dua tahun lalu, dengan mayoritas pemain yang sebelumnya hanya bermain tenis atau bola voli di SMA. Sementara itu, tim Harvard memiliki kedalaman yang luar biasa dengan pemain-pemain yang telah lama bermain rugby.

Hujan mulai turun. Ini membuat lapangan semakin licin dan basah. Pertandingan berlangsung penuh intensitas, dengan para pemain yang basah kuyup terus bertarung di lapangan. Namun, pada akhirnya, tim Harvard mengungguli Princeton dengan skor akhir 61-5.

Toh, satu pertanyaan tetap menggantung di udara: Mengapa Harvard, institusi yang lebih dikenal dengan prestasi akademisnya, memutuskan untuk membangun tim rugby wanita yang begitu serius?

Harvard memang menawarkan berbagai macam kesempatan atletik bagi mahasiswanya, termasuk lebih dari 50 klub olahraga di kampus. Mereka juga bersaing dalam lebih banyak olahraga tingkat Divisi I dibandingkan universitas lainnya di Amerika Serikat.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)