Pasar Asuransi pun Bergeser ke Segmen Youth

Industri asuransi di Tanah Air tengah mengalami pergeseran. Generasi yang dilahirkan pada era sebelum 1970-an, kini sudah memasuki usia 30-35 tahunan, dengan status masih single atau sudah menjadi keluarga kecil muda. Dengan usia muda seperti itu, maka mereka menjadi prospek yang sangat menjanjikan bagi brand asuransi.

Asuransi

Anggota Pengawas Dewan Asuransi Indonesia Harry H. Diah, yang juga Pendiri Avrist Insurance, mengatakan bahwa mereka adalah segmen yang lebih terpelajar, memiliki cukup uang, dapat menerima dan tertarik dengan asuransi, serta memiliki kepedulian dengan asuransi.

"Sayangnya, mereka yang kebanyakan berasal dari kelompok middle class dan middle lower, memiliki kecenderungan untuk membeli produk asuransi yang simpel, dengan cara yang cepat, serta premi yang murah. Mereka memiliki karakter seperti ingin tahu perhitungannya, benefit yang akan mereka dapatkan, dan sedikit menekankan hubungan personal atau lebih akrab. Untuk itu, penting bagi para pemain asuransi menjawab kebutuhan segmen youth lewat produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Antara lain, menggarap pasar individu untuk membeli proteksi asuransi jiwa," papar Harry.

Berdasar data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), per Desember 2014, industri asuransi jiwa membukukan pendapatan premi sebesar Rp 167,76 triliun, atau naik 33,3% dibanding periode yang sama tahun 2013, yang hanya sebesar Rp125,82 triliun. Sementara itu, untuk asuransi umum, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), secara nasional industri asuransi umum meraup premi sebesar Rp 55,1 triliun, atau tumbuh 17,98% dibanding tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp 46,7 triliun.

Pertumbuhan premi yang tinggi itu, diharapkan Harry, dapat terus dijaga, mengingat angka penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai akhir 2014, angka penetrasi asuransi komersial hanya 1,74 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, memang ada peningkatan penetrasi karena pada tahun 2013 penetrasi asuransi berada di angka 1,65%. OJK menargetkan penetrasi industri asuransi mampu tumbuh 20% dalam rentang 2-3 tahun ke depan.

Oleh karena itu, Harry menyarankan, penting melakukan sosialisasi asuransi secara berkelanjutan. “Sosialisasi ini sebaiknya dilakukan secara bersamaan oleh seluruh pelaku bisnis industri asuransi. Tentu saja harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah melalui kebijakan dan peraturan yang di terbitkan. Apabila hal ini dapat terwujud, maka tingkat kesadaran masyarakat atas pentingnya asuransi akan sangat berkembang seperti halnya di negara-negara maju," tegasnya.

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)