Sepeda, Pesepeda, Bersepeda Saat Pandemi Peluang dan Tantangan

Lisa Noviani (Praktisi Marketing Research dan Pengamat Pasar)

Pandemi COVID-19 yang sudah berjalan hampir 3 semester ini menyebabkan kurangnya aktifitas luar ruang yang dilakukan, para pekerja banyak bekerja di rumah, pelajar dan mahasiswa juga belajar online dari rumah. Tempat wisata, rekreasi dan belanja, juga sering dibatasi menerima kunjungan masyarakat. Sehingga sepeda, pesepeda dan bersepeda, adalah salah satu aktifitas favorit yang dipilih banyak orang, dewasa remaja dan anak-anak. Kegiatan bersepeda ini banyak terlihat di hari-hari biasa, dan makin melonjak jumlahnya di akhir pekan, hari sabtu dan minggu.

Kondisi pandemi yang berbeda dan tak biasa ini, pastinya membuat produsen sepeda, lokal maupun importir menjadi sangat beruntung. Disaat bisnis lain merosot, produsen sepeda malah menuai untung. Sebenarnya trend bersepeda saat pandemi tidak hanya terjaditerjadi di Indonesia, juga terlihat menguat di banyak negara di dunia. Di Indonesia sendiri ada 5 produsen sepeda lokal yang terbanyak mendapatkan keuntungan saat pandemi ini adalah polygon, United, Pacific, Wimcycle, dan Element.

Peningkatan minat bersepeda yang menderas saat ini, menurut berita yang dimuat di Koran Tempo online pada 1 Juli 2020, menyatakan penjualan sepeda meningkat hingga empat kali dibanding kondisi normal. Menurut Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (ASPINDO), pada tahun 2020 jumlah penjualan sepeda menyentuh angka 8 juta unit.

Kebanyakan pesepeda memiliki kelompok-kelompok saat menjalani aktifitasnya, walaupun memang tetap ada yang menjalani olahraga bersepeda sendiri atau berdua atau bersama keluarga inti saja. Akibatnya komunitas-komunitas sepeda muncul dimana-mana, dengan karakter yang berbeda-beda. Ada yang merupakan teman sekantor, teman sekolah atau kuliah, satu komplek atau wilayah perumahan, keluarga, atau komunitas tertentu yang akhirnya membuat kelompok sepeda bersama. Bahkan ibu-ibu arisan juga memiliki komunitas sepeda sendiri…

Komunitas-komunitas ini ada yang berusia sangat singkat, adapula yang hingga saat ini makin solid dan makin banyak anggotanya. Dan untuk itu mereka membuat pelbagai program kegiatan dan bahkan lomba-lomba untuk komunitasnya.

Tahun 2021, trend penjualan sepeda di tanah air terlihat menurun dari tahun sebelumnya. Hal ini diikuti turun harganya beberapa model sepeda, terutama jenis sepeda lipat. Penurunan harga yang berkisar 20% - 30% dari harga saat awal pandemi, sebagian disebabkan oleh stok sepeda yang menumpuk, sebagian lagi disebabkan untuk type yang sama memang digunakan perlengkapan/spare part dengan harga lebih murah sehingga harga per satuan terpangkas. ASPINDO memperkirakan pada tahun 2021 penjualan sepeda hanya akan mencapai 7.25 juta unit.

Perkiraan penurunan penjualan sepeda yang cukup signifikan, sebesar 9,4%, pastinya sangat berarti bagi para produsen. Apakah kondisi ini menggambarkan bahwa industri sepeda akan terus menurun dan makin menghilang? Apakah sepeda adalah produk yang mengalami euphoria singkat, menguntungkan saat pandemi, dan setelah pandemi pasarnya akan semakin mengecil atau hilang?

Karena sepeda termasuk kategori produk slow moving, maka kondisi penjualan yang sangat pesat di awal pandemi, dan mulai menurun di semester kedua akhir pandemi adalah kondisi yang wajar. Bisa dipastikan bukan karena gejala kehilangan minat akan sepeda dan bersepeda.
Slow moving product adalah produk yang akan terjual dalam waktu yang lama. Kebanyakan produk slow moving akan dikonsumsi (digunakan) dalam waktu relatif lama. Sehingga Ketika penetrasi produk tersebut ke populasi sudah cukup tinggi, maka berpeluang kecepatan penjualan menurun. Dan jika semua populasi sudah memiliki, ada peluang jika penjualan akan menjadi nol.

Kondisi ini kemungkinan besar terjadi di pemakai sepeda, sebagian besar yang menyukai kegiatan ini sudah memiliki sepeda, sedangkan yang belum membeli kemungkinan memang lebih menyukai aktifitas lain, atau belum berhasil dirayu, atau mungkin masih mengumpulkan dana untuk membeli sepeda yang diinginkan (karena harga sepeda saat ini juga sangat bervariasi, dari biasa hingga bisa seharga city car).

Produsen sepeda sebaiknya melakukan aktifitas-aktifitas marketing yang bisa memperbesar populasi masyarakat yang tertarik untuk membeli sepeda baru. Aktifitas-aktifitas marketing yang dilakukan bisa beragam, bisa di tataran produksi produk yang lebih baik, ekstensifikasi usaha, kegiatan ATL atau BTL, ataupun hal-hal lainnya.

Ada beberapa hal yang penulis perhatikan masih bisa dikembangkan/ dilakukan oleh produsen-produsen sepeda di tanah air, yang akan bermanfaat untuk menjaga pasar sepeda di tanah air tetap besar/stabil. Diantaranya adalah:
1. Meningkatkan komunikasi dan sosialisasi yang bertujuan membuat ketertarikan konsumen untuk memiliki/mengganti sepeda, memperbesar pasar. Proses ini bisa dilakukan baik via ATL (above the line, iklan dan promosi lain), maupun BTL (below the line, event, seminar, dll).
2. Menambahkan fitur-fitur yang sesuai dengan kebutuhan saat pandemi, atau fitur-fitur yang sesuai atau di atas ekspektasi pelanggan.
3. Memberikan after sales services terbaik, yang juga bermanfaat meningkatkan bonding antara brand dan costumer.
4. Melakukan diversifikasi usaha, selain penjualan sepeda. Misalnya dengan mendirikan bengkel-bengkel sepeda yang bagus, untuk spare part, aksesoris maupun modifikasi.

Oleh: Lisa Noviani (Praktisi Marketing Research dan Pengamat Pasar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)