Kinanti Pahlevi, PR Sekaligus Pemilik Sepatu Closhe

Meski masih menjadi karyawati di industri telekomunikasi ternama, tidak pernah memupuskan semangat Kinanti Pahlevi untuk menjadi seorang entrepreneur. Gadis muda berusia 26 tahun itu, memang sejak lama bermimpi menjadi seorang entrepreneur yang sukses. Mimpi itu sudah ia rajut sejak duduk di bangku SMA.

Kinanti Pahlevi, Senior Officer External Communication Public Relations XL.

Diceritakan Kinanti, jiwa entreprenuer-nya diawali ketika ia gemar mengoleksi sepatu. “Waktu itu, musimnya bikin sepatu sendiri. Tapi, karena uang jajan anak SMA terbatas, jadilah saya tidak bisa koleksi sepatu,” kisahnya.

Kesukaannya itu terus berlanjut hingga ia kuliah dan kerja. Kegemarannya mengoleksi sepatu, akhirnya membuat finalis Abang None Jakarta Utara tahun 2008 itu terpicu untuk memiliki merek sepatu sendiri. Tepat pada November 2002, akhirnya ia memberanikan diri meluncurkan merek Closhe. “Sasaran Closhe di usia 14 - 25 tahun. Yaitu, mengincar pelajar dan fresh graduate. Tapi, Closhe juga melayani custom wedding shoes yang otomatis menyasar usia mature,” terangnya.

Diakui lulusan Sastra Belanda Universitas Indonesia itu, posisinya yang masih menjabat sebagai Senior Officer External Communication Public Relations XL, membuat gerak Closhe masih sangat terbatas. “Saat ini saya masih belum bisa fokus 100% di Closhe, karena masih bekerja juga sebagai karyawan,” akunya.

Namun, untuk upaya marketing dan komunikasi, sejak akhir 2012 lalu Kinanti sudah agresif menggunakan channel online. Mulai dari blog closhegallery.blogspot.com , Instagram @closheindonesia, Facebook Fan Page Closhe, sampai Twitter dengan akun @Closhe_. “Sejauh ini, perkembangannya terhitung cepat. Sebab, memang sosial media sedang digandrungi. Kuncinya, saya harus pintar me-maintain eksistensi di social media tersebut,” ungkap Kinanti yang berharap dalam waktu dekat ia bisa fokus di Closhe.

Diterangkan gadis yang pernah menjadi Junior Producer di Metro TV itu, sebagai upaya mengenalkan Closhe ke publik, ia rutin mem-posting desain-desain terbaru dari Closhe. Bahkan, ia pun rajin menciptakan word of mouth lewat BBM, whatsapp, atau Line.

“Untuk sosial media, saya menggunakan sistem endorsement. Saya menawarkan opinion leader, atau selegram (selebriti Instagram) dan selebtweet (selebriti Twitter) untuk mempromosikan Closhe. Sebagai gantinya, mereka mendapatkan sepatu saya secara gratis,” lanjutnya.

Model pemasaran lainnya juga dimanfaatkan Kinanti. Antara lain, dengan menggunakan sistem giveaway. “Saya menawarkan sepatu saya untuk menjadi hadiah bulanan di online shopping yang sudah punya pasar sendiri. Syaratnya, disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, dengan mem-follow akun saya, atau me-repost foto sepatu saya. Sejauh ini pola marketing seperti itu sangat efektif untuk saya yang masih menjadi karyawan dan memiliki bujet terbatas,” ungkapnya.

Lantas, bagaimana dengan tugasnya di XL? Dijawab Kinanti, ia selalu membuat to do list per harinya. Dengan demikian, ia bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat di XL. “Artinya, waktu kerja kantoran tetap saya fokuskan untuk XL. Baru, di luar jam kerja, seperti di malam hari atau weekend, saya langsung fokus dengan pesanan-pesanan sepatu Closhe, memikirkan edisi terbaru Closhe, hingga rencana marketing komunikasi ke depannya. Jadi, saya tidak pernah mengganggu waktu kerja di XL,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)