Pada 2008-2009 saya mencoba menawarkan konsep wisata kuda. Waktu itu, saya lihat banyak wisatawan yang senang menyewa kuda dan berkeliling di jalan. Akhirnya, saya luncurkan De Ranch, wisata kuda dengan merekrut tukang kuda di pinggir jalan. Kami juga menyediakan kostum koboy bagi para pengunjung di sana.
Pada 2011, saya kembali meluncurkan konsep Floating Market Lembang. Di sana saya menawarkan konsep pasar terapung dengan melibatkan para pedagang di sekitar Lembang untuk berdagang di sana, hanya dengan bagi hasil tanpa uang sewa. Di area itu, saya juga menghadirkan banyak spot-spot menarik untuk menajdi lokasi foto. Hal itu untuk memenuhi habit narsis wisatawan lokal plus menggenjot mereka untuk sharing via social media. Floating Market Lembang pun, kini menjadi ikon Bandung.
Saya juga menghadirkan Tahu Susu Lembang. Di sana saya menawarkan brand experience dengan mengadirkan pabrik tahu. Selain dapat melihat bagaimana cara pembuatan tahu, pengunjung juga bisa belajar membuat tahu di sana. Tentu saja, mereka bisa membeli tahu sebagai oleh-olehnya.
Bagaimana Anda melahirkan ide dan konsep destinasi wisata?
Idenya lahir dari learning by doing. Karena dikerjakan sendiri, maka ide timbul terus. Ide muncul dari pengamatan yang terus menerus. Mulai dari baca koran, lihat TV, nonton sinetron, melihat tren di luar negeri, hingga bergaul dengan semua orang. Saya banyak mengobrol di komunitas yang saya ikuti. Contoh, saya aktif di IMA (Indonesia Marketing Asociation), gaul dengan anak muda, gaul dengan UKM yang berada di bawah Departemen Koperasi, dan masih banyak lagi. Intinya, saya harus tahu apa yang sedang terjadi dan menjadi tren di pasar.
Saat ini bisnis yang ada di Perisai Utama Group?
Untuk bisnis destinasi wisata, ada Floating Market Lembang, Tahu Susu Lembang, Rumah Sosis, dan De Ranch. Yang pernah ada dan sudah tutup ada All About Strawberry, Kampung Bakso, dan Bali Heaven Resto. Sementara itu, untuk outlet fesyen, ada The Summit (butik FO), The Secreet (FO), For Man (galeri lelaki), serta Aamani dan Samaya—yang merupakan hijab store. Ada juga beberapa bisnis saya di luar Bandung, antara lain The Summit Bistro di Lampung dan The Summit di Balik Papan. Total karyawan saat ini mencapai 1000-1200 orang.
Mengapa Anda memilih menutup bisnis yang sudah ada?
Dari mulai usaha hingga sekarang, saya sudah buka tempat hingga 140 kali. Yang masih ada 20-an usaha, termasuk cabang. Rata-rata umur usaha saya tidak lebih dari 12 tahun. Hal itu karena produk life cycle. Saya percaya teori life cycle bisnis, yakni introduction, growth, maturity, dan decline. Itu sebabnya, untuk usaha yang lahannya saya sewa dan bisnisnya lagi lesu, saya pilih untuk menutupnya. Tapi, untuk bisnis yang lahannya punya sendiri, maka begitu turun, kami bisa menyiasatinya. Misalnya, ditutup dulu untuk sementara, lalu hadirkan konsep baru di sana. Sebab, semua bisnis destinasi wisata milik saya, minimal harus punya lahan satu hektar guna menawarkan experience dan menjual ambiance.
Tantangannya?
Saya selalu kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengelola bisnis. Saya lebih percaya orang yang learning by doing. Profesional saja tidak cukup. Saya butuh orang yang punya soul dan passion, yang belum tentu dimiliki oleh professional. Bagi saya, karyawan atau SDM itu nomor satu, karena kami bermain di ranah destinasi wisata yang butuh human touch dan layanan yang terbaik.
Itu sebabnya, sampai sakarang, saya masih turun ke lapangan, mengajarkan dan menunjukkan mereka bagaimana caranya melayani tamu, termasuk men-transfer knowledge dan smart saya langsung ke pegawai. Toh, dari sana saya bisa sekaligus mengevaluasi bisnis serta mendapatkan market insight.
Contohnya, pada H+3 Lebaran tahun ini, 23 karyawan Floating Market Lembang di bagian bersih-bersih tidak masuk. Karena, hari sebelumnya tutup terlalu malam. Saya pun bawa pembantu dan sopir di rumah ke sana. Bersama saya, mereka ikut kerja bersih-bersih membersihkan sampah di Floating Market Lembang. Saya dan mereka beresin semua kotoran di sana. Pentingnya saya turun langsung bersih-bersih, karena kebersihan merupakan salah satu service dan experience andalan yang saya tawarkan ke pengunjung Floating Market Lembang. Begitu saya kerja, satpam dan 15 orang datang dan ingin bantu bersih-bersih. Ini bukti bahwa passion, soul, dan knowledge harus langsung dicontohkan. Coba kalau saya tidak kerja, tapi hanya nyuruh satpam, mereka pasti tidak mau karena bukan job desk-nya.
Anda juga selalu menawarkan konsep permberdayaan UKM?
Semua usaha saya tidak saya buat sendiri. Contohnya Rumah Sosis, saya mengambil pengrajin sosis di Bandung, ibu Ria dengan pembelian Rp 1,5 miliar tiap bulannya untuk pembelian sosis mentah. Tahu Susu Lembang juga demikian. Saya mengambil para pengrajin tahu di sana. Di Floating Market Lembang, saya libatkan para pedagang pinggir jalan untuk berdagang di sana. Mereka hanya bagi hasil dari penjualan tanpa sewa. Saya ajarkan mereka bagaimana mengemasnya dan memasarkannya di Floating Market Lembang. De Ranch juga melibatkan tukang kuda di sana dan yang jual makanan juga orang sekitar.
Bagaimana dengan upaya Promosi?
Saya pakai social media, karena sekarang sedang happening. Saya gunakan itu bukan untuk jualan, tapi untuk branding dan komunikasi. Makanya, di setiap destinasi wisata, saya selalu menyajikan spot-spot bagus untuk berfoto, mengingat orang Indonesia sangat narsis. Selain itu, kami tidak boleh hanya puas pada customer yang datang lagi. Kami harus puas, jika mereka juga mau men-share destinasi wisata milik kami ke social media dan ke komunitas mereka. Itu sebabnya, saya juga memanfaatkan komunitas.
Bagaimana omset bisnis Anda saat ini? Target tahun ini?
Total omset untuk satu usaha di satu tempat sekitar Rp 1 miliar per bulan. Paling besar, kontribusinya dari Floating Market, sekitar 40%. Sisanya, untuk bisnis yang lainnya. Hingga semester pertama 2015, bisnis kami tumbuh 15%. Hal itu disebabkan ada banyak momen, seperti Lebaran dan libur sekolah. Semester kedua ini, sepertinya sedikit hari libur dan momentumnya. Untuk itu, target akhir tahun ini, tumbuh 15% saja sudah bagus.
Sementara itu, investasi kami tahun ini tumbuh 30%. Investasinya untuk bisnis yang segera akan diluncurkan dalam waktu dekat. Di antaranya, Hijab Swimming Pool yang membutuhkan investasi sebesar Rp 16 miliar, De Ranch 2, dan Farm House yang konsepnya tengah dalam penggodokan. Tiga proyek itu akan menyerap Rp 80 miliar, di luar lahan atau tanah. *