Sementara itu, program Career, Industrial, and Alumni Relations antara lain membuat pelatihan persiapan dunia kerja bagi mahasiswa SBM agar menambah nilai bagi lulusan SBM ITB, yang di masa pandemi ini dilakukan secara webinar; membangun hubungan dengan Industri-industri yang dapat bekerja sama dalam hal tridarma perguruan tinggi; membangun hubungan dengan alumni, untuk umpan balik dan perbaikan SBM ITB; hingga bekerja sama dengan tim riset dan career ITB untuk sinergi program karir.
Diuraikan Lala, personil tim tidak pernah berhenti untuk belajar. Dia mencontohkan, jika ada software/aplikasi/platform baru yang bisa mendukung pekerjaan, maka semua anggota tim punya keinginan untuk "ngulik" dan mencari informasi sebanyak-banyaknya. “Kami juga kerapkali mencari informasi tentang inovasi dari berbagai institusi lain yang sudah maju, agar bisa menjadi benchmarking bagi program-program di SBM,” akunya.
Lala mengakui, timnya juga menjumpai kendala, terutama budget yang terbatas. Sebab, di universitas, apalagi Perguruan Tinggi Negeri seperti SBM ITB, anggaran untuk promosi sangat terbatas. “Oleh karena itu, kami memilih memanfaatkan media media yang dimiliki SBM ITB atau owned media. Selain itu, terkadang ada ide kreatif yang mentok dengan kebijakan yang sifatnya terpusat,” ucapnya.
Lantas, bagaimana menghindari dan mengelola konflik agar tim tetap solid? Dijawab Etha, “Kami tidak pernah menunda untuk menyelesaikan segera konflik tersebut. Seiring dengan berjalan waktu, tim akan mulai belajar memahami satu dengan lainnya. Syukurnya, kami tidak ada yang baperan dan bersedia dikritik. Selain itu, kami juga tetap melakukan sharing agar segala kendala dan perbedaan dapat diselesaikan secara kolektif.”
Kekompakan tim, diakui Etha, juga ditentukan oleh atmosfer kerja yang diciptakan. “Setiap anggota tim harus dapat bertanggung jawab untuk bersama mencapai target unit yang ditentukan, tapi juga saling support dan bisa memback-up pekerjaan anggota lainnya. Inilah atmosfer yang diciptakan dalam Tim Komunikasi dan Hubungan Alumni SBM ITB,” ujarnya.
Lebih jauh Etha menjelaskan, tim juga kerap menyeimbangkan waktu bekerja dan waktu keluarga atau me-time. “Secara personal, kami sadar untuk terus mendukung misi SBM ITB.
Oleh karena itu, bekerja sambil bermain bisa menjadikan kami mencintai pekerjaan, sehingga tidak akan menimbulkan stress,” yakinnya.
Bahkan, pada saat WFO, lanjut Etha, tim setiap hari bergantian mengisi "meja persembahan", yaitu cemilan sehat seperti buah-buahan, nonton di bioskop afterwork, dan secara rutin merayakan anggota yang merayakan ulang tahun.
Dengan sederet sukses tadi, dituturkan Lala, Tim Komunikasi dan Hubungan Alumni mematok sejumlah target ke depannya. Antara lain, menjadi sekolah bisnis yang menjadi referensi utama kutipan ilmu bisnis dan manajemen di Indonesia dan Asia Tenggara dengan memperkuat konten digital di media sosial. Target lainnya, menjadikan SBM ITB sebagai acuan industri dalam hal sumber daya bidang manajerial dalam menajalankan binis serta menjadikan lulusan SBM ITB bernilai lebih di dunia kerja.
Guna mencapai target tersebut, ditandaskan Lala, tim akan terus meningkatkan strategi internal dan external marketing communication. “Dengan internal marketing, kami aktif melakukan sosialisasi kepada sivitas SBM mengenai values dan misi SBM untuk mendorong engagement dosen/tenaga kependidikan dan mahasiswa. Kami juga menyediakan layanan Career service, Student Services dan kolaborasi dengan alumni. Dengan external marketing, kami mengoptimalkan peran Public Relations serta hubungan dengan berbagai stakeholders seperti industri, alumni, serta media relations,” pungkas Lala.