Yang menarik dicermati adalah langkah sang kompetitor, meskipun bukan kompetitor langsung, AirAsia. Perusahaan penerbangan asal Malaysia itu justru memanfaatkan momen krisis Garuda dengan menggelar kampanye #BahagiaBersamaAirAsia. Kampanye tersebut mengajak penumpangnya untuk mengikuti kontes foto saat terbang bersama AirAsia mulai 17-22 Juli 2019, dengan hadiah tiket gratis ke Lombok atau Labuan Bajo.
Menurut Istijanto Oei, Dosen Komunikasi Univeristas Prasetiya Mulya, dunia saat ini, terutama sejak adanya media sosial sudah masuk dalam tahap “padat informasi” termasuk yang riil maupun hoax. Untuk sifatnya, informasi bisa dipilah menjadi tiga, ada yang positif, netral, maupun negatif. "Di sinilah baik perusahaan maupun konsumen (youtuber atau instagrammer) bisa memiliki dua kepentingan berbeda. Perusahaan mengharapkan konten-konten yang positif, sebaliknya youtuber atau instagrammer berkepentingan dengan jumlah views," ujarnya.
Makna konten yang diunggah menjadi pilihan bagi youtuber atau instagrammer terhadap kanalnya. Konten yang positif akan menimbulkan WOM (Word of Mouth) positif atau merekomendasikan. Sebaliknya konten negatif berpeluang menciptakan WOM negatif atau tidak merekomendasikan. Sudah lama diketahui bahwa Kekuatan WOM jauh lebih besar dari iklan.
"Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan jika mendapat konten positif. AirAsia yang menggelar kompetisi foto tentu berupaya memanfaatkan WOM positif. Dengan anggaran yang relatif lebih efisien dibanding iklan, maka AirAsia mengharap para penumpangnya akan mengunggah momen yang menyenangkan supaya memenangkan kompetisi foto," tutupnya.