Agung Podomoro Group (APG) memang tak salah dalam memilih positioning salah satu trade mall (TM)-nya, Thamrin City. Mengedepankann positioning sebagai pusat perdagangan batik dan busana muslim, TM Thamrin City menjadi lokasi yang paling dicari konsumen terkait batik dan busana muslim. Tak tanggung-tanggung, konsumen tak hanya datang dari Jakarta, tapi juga dari luar daerah serta mancanegara. Tak mengherankan, jika TM Thamrin City juga menjadi salah satu destinasi wisata bagi wisatawan yang tengah mengunjungi Jakarta.

thamrin-city_20151111_000736

Diferensiasi sekaligus added value yang ditawarkan TM Thamrin City adalah harga grosir yang murah, yang memang menjadi favorit pedagang, pengrajin, dan pencinta batik–sebagai pengunjungnya. Termasuk, banyaknya pilihan aneka batik di sana. Mereka dengan mudah menemukan berbagai corak batik nusantara seperti Batik Pekalongan, Batik Cirebon, Batik Solo, Batik Jogja, Batik Lombok, Batik Bengkulu, Batik Makasar, Batik NTT dan berbagai batik daerah di Indonesia. Added value lainnya adalah lokasi TM Thamrin City yang sangat strategis, hanya 100 meter dari bundaran Hotel Indonesia.

Keberhasilan Agung Podomoro Group menciptakan persepsi di benak publik bahwa TM Ghamrin City sebagai pusat perdagangan batik dan busana muslim dapat diukur dari omset para pedagang batik di sana. Pada awal tahun 2017 misalnya, pakaian dan kain batik masih terus diburu di TM Thamrin City. Dan, sebagai “Surganyanya Batik Nusantara”, salah satu pusat batik ini terus tumbuh sepanjang tahun 2016.

“Kami bersyukur sepanjang tahun 2016, masyarakat pecinta batik nusantara, masih menjadikan TM Thamrin City sebagai tempat pencariannya. Kami berharap dengan berbagai inovasi tahun 2017 dapat melayani pengunjung lebih baik lagi. Pedagang pun terus untung dan maju terus,” kata Ho Mely Surjani, AVP Marketing Trade Mall Agung Podomoro.

Pedagang batik asal Cirebon Arief (45) umpamanya, mengaku bahagia karena ada kenaikan omset hampir 30% dibanding hari-hari biasanya pada awal tahun baru 2017. Dengan brand batiknya bermerek “Akhsan”, ia telah menempati salah satu los di TM Thamrin City.

“Umumnya pembeli datang, karena batik di sini dijual harga grosir yang murah. Kualitasnya pun terjaga, karena kami juga sebagai pengrajin. Kalau orang bilang TM Thamrin City adalah surganya batik, itu memang benar adanya,” kata Arief.

Hal itu diamini juga oleh Sahroni, pemilik toko “Padma Kirana 1” yang menempati kawasan blok batik Nusantara. Ia memang khusus menjual batik tenun asli Pekalongan dengan merk Xo-Xo. Sejak menempati toko itu 3 tahun lalu, diakuinya, memang ada peningkatan jika dibandingkan sebelumnya kala menempati los di lantai D-1 di bawahnya. Hasilnya, kini ia mampu membeli ruko sendiri yang menjadi hak miliknya.

“Alhamdulillah selama 2016, omset rata-rata Rp 25-30 juta sebulan. Mengingat banyaknya pedagang batik, persaingan antar pedagang juga kian ketat terutama soal harga dan kualitas,” ujar Sahroni.

Sementara itu, Iis , pembeli asal Bandung mengaku datang bersama rombongan dinasnya sengaja ke TM Thamrin City untuk mencari batik. Dia sebelumnya hanya tahu pusat busana di Pasar Baru. Namun setelah melihat dan membandingkan dengan kualitas dan harga batik di TM Thamrin City, ia puas dan merasa nyaman.

Lain lagi dengan Rina, pedagang batik yang buka toko di Pasar Mayestik Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Musim liburan akhir tahun ini, dia bisa belanja 2-3 kali seminggu dengan cara kodian atau grosir untuk dijual kembali.