Branding Pemain Logistik Lokal, Kenapa Tidak...

Kesiapan lain JNE menyangkut pembangunan gudang di lokasi strategis di kawasan potensi komoditi, penambahan kantor cabang dan gerai (outlet) hingga daerah pelosok, penambahan armada hingga dukungan SDM yang handal dan kompeten. Program promo dan edukasi komunikasi kepada publik lewat iklan dan publikasi di media cetak juga dilakukan sehingga brand JNE relatif dikenal khalayak.

Strategi branding

Di ranah marketing, branding menjadi elemen penting agar sebuah produk atau jasa dikenal khalayak. Strategi branding, baik itu melalui Below The Line (BTL) seperti mengadakan event, promo, road show maupun Above The Line (ATL) melalui media massa cetak dan elektronik serta dunia maya internet (website dan social media) bertujuan untuk menciptakan awareness di benak khalayak. Branding sangat dianjurkan pada ceruk pasar yang dijejali banyak pemain dengan tingkat persaingan yang ketat, jika brand ingin dikenal khalayak.

Tentu saja, branding ini harus dibarengi dengan kualitas produk atau jasa yang prima dan memberikan kepuasan (satisfaction) bagi customer. Terhadap produk atau jasa yang tidak berkualitas, respon pasar dipastikan tidak akan kontinu kendati telah gencar melakukan branding karena produknya tidak memenuhi ekspetasi, harapan dan kepuasan customer. Tak heran bila program branding lebih banyak dilakukan perusahaan logistik asing karena layanan mereka berstandar internasional. Hanya segelintir brand lokal yang menyelenggarakan program branding Akibatnya, khalayak lebih hafal menyebut brand logistik asing ketimbang brand lokal.

Harusnya ini menjadi perhatian, kalau ingin perusahaan logistik lokal dikenal luas. “Tapi, perusahaan tersebut terlebih dulu harus memiliki layanan prima yang berstandar internasional agar siap bersaing,” tukas Agus W Soehadi, pengamat pemasaran dari Prasetya Mulya.

Jika pertimbangannya branding melalui ATL butuh biaya mahal, maka itu bisa disiati dengan program branding berbiaya “murah” seperti menggunakan website, menjalin komunitas di social media facebook dan twitter sebagai getuk tular (world of mouth), pemasangan poster atau baleho di lokasi strategis, placement dengan menggambar brand di dinding gedung/toko hingga program corporate social responsibility (CSR) dengan dana terjangkau namun memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Cara ini agaknya belum dijalankan oleh pemain lokal secara total. .

Strategi differensiasi juga bisa dipilih oleh pemain lokal untuk menghadapi keunggulan brand asing. Differensiasi ini berarti pula unique selling product (USP). Salah satunya dengan mengembangkan layanan value added bagi customer seperti dilakukan perusahaan lokal Kamadjaja Logistics.

Pada layanan value added tersebut, Unilever tidak lagi mengolah, mengemas dan mendistribusikan produk bumbu masak Royco ke retail modern karena semuanya di-handle oleh Kamadjaja. Unilever hanya mengirim bahan baku, sedangkan pengolahan, pengemasan hingga produk sampai di retail dilakukan oleh Kamadjaja. Hal serupa juga dilakukan Kamadjaja pada produk Taro.

Selain itu, kata Vice President PT Kamadjaja Logistics Jerry Tengker, masih banyak value added lain yang bisa digarap. Pada pergudangan misalnya, tidak hanya terpaku pada penyimpanan barang-barang umum, melainkan dikembangkan sesuai demand pasar. Misalnya, gudang yang didisain untuk bisa menyimpan cat karena cat perlu suhu tertentu atau barang-barang lain yang butuh “treatment” khusus. “Itu semua peluang dan perusahaan lokal harus jeli menangkap peluang itu kalau ingin tetap eksis di era pasar bebas,” jelasnya.

Alhasil, potret industri logistik nasional sangat fragmented. Tak ada satu pemain yang menguasai secara dominan. Sangat beralasan jika pemerintah memberi perhatian untuk menumbuhkembangkan industri logistik lokal menjadi pemain tangguh di era liberalisasi logistik ASEAN 2013 dan era pasar bebas melalui integrasi ekonomi ASEAN 2015 mendatang.

Perhatian tersebut diimplementasikan melalui Perpres 26/2012 tentang Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas) yang berisi program dan anggaran di ranah logistik seperti pembangunan infrastruktur (menambah jaringan jalan serta membangun International Transhipment Port di Bitung dan Kuala Tanjung), pengembangan pemain logistik nasional, SDM logistik, regulasi, komoditi hingga ICT (Information Communication & Technology).

Selain itu, banyak manfaat yang bisa dipetik dari pertumbuhan industri logistik nasional. Manfaat itu dirasakan oleh banyak sektor seperti perdagangan, pabrikan, perindustrian, hingga menciptakan lapangan pekerjaaan yang pada akhirnya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat. Lebih penting lagi, penguasaan logistik memiliki makna terjaminnya security bridge Indonesia. Dalam arti, negara akan menghadapi instabilitas jika jalur logistik disalahgunakan.

Pages: 1 2
Tags:
JNE

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)