MIX.co.id - Menggunakan influencer atau key opinion leader (KOL)—yang berasal dari kalangan artis, selebgram, blogger, youtuber, hingga buzzer—sebagai penyampai pesan merek makin diminati oleh pemasar. Selain berpengikut banyak, para KOL ini juga dinilai mampu menyebarluaskan pesan dengan cepat hingga berujung viral. Bahkan, KOL dinilai mampu mempengaruhi komunitas.
Diungkapkan Uki Utama, praktisi periklanan dan komunikasi yang jugaCountry Director & CoFounder Infomo Indonesia, penggunaan third party endorser atau pihak ketiga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan oleh organisasi untuk menambah kredibilitas informasi yang dikomunikasikan lewat media sosial.
“Para influencer tidak hanya berperan dalam kegiatan promosi atas suatu produk dengan tujuan membangun awareness (kesadaran) khalayak, tetapi juga berperan dalam mengkampanyekan pesan yang ingin disampaikan perusahaan kepada masyarakat yang lebih luas. Kehadiran para influencer di media sosial dengan pendapat mereka juga dianggap memiliki pengaruh yang kuat bagi masyarakat, terutama bagi khalayak muda,” papar Uki.
Senada dengan Uki, Pandu Setio, Senior PR & Brand Communication Manager PT Sharp Electronics Indonesia, juga mengaku bahwa Sharp memilih Influencer marketing sebagai salah satu strategi pemasaran dan komunikasinya. “Sharp menggunakan influencer dari beragam kalangan, mulai selebgram sampai selebritis,” akunya.
Dalam memilih seorang influencer, Sharp melihat tingkat engagement yang dimiliki asset digital dari si influencer. Artinya, jumlah follower yang banyak tidak menjamin engagement yang bagus.
“Oleh karena itu, Sharp memilih influencer yang memiliki positive image, good attitude, mudah diajak kerja sama, memiliki engagement yang baik, dan yang terpenting adalah yang kreatif serta mampu menterjemahkan ide dengan gayanya sendiri. Termasuk, mampu menyampaikan pesan dengan baik,” tutur Pandu.
Lebih jauh Pandu menegaskan, biasanya, Sharp menggunakan influencer untuk mengenalkan produk dan fitur-fiturnya serta membantu dalam menyebarkan informasi mengenai isu tentang brand ataupun perusahaan. Objektifnya, meningkatkan kesadaran merek, meningkatkan pemahaman mengenai fitur-fitur produk, dan menyebarkan informasi mengenai corporate serta brand.
Diakui Pandu, pemanfaatan influencer hasilnya terhitung sangat baik. Contohnya, saat Mei 2019 lalu, Sharp mensosialisasikan label Kulkas Halal pada produk Sharp Indonesia. Sharp mengundang 10 KOL untuk membantu mensosialisasikan maksud dari label halal.
“Dampaknya, #sharpkulkashalal mencapai peringkat pertama di trending topic twitter Indonesia. Traffic website sharp naik 35%, dan yang paling penting adalah mampu meredam informasi yang salah mengenai konsep halal dari produk lemari es,” papar Pandu.
Namun, diakui Pandu, penggunaan KOL memang belum maksimal. Untuk itu, Sharp pun masih mencari formula yang cocok untuk memaksimalkan kineja dari penggunaan KOL atau influencer.
Uki Utama, Country Director & CoFounder Infomo Indonesia
Sementara itu, ditambahkan Uki, sebagian besar KOL menawarkan...