Membidik Tiga Segmen Melalui Omni-Channel Strategy

Sukses menggarap segmen B2B, Bhinneka kembali melirik peluang baru, yakni segmen government atau Business to Government (B2G). Pengalaman yang mumpuni di segmen B2B membuat Bhinneka dipercaya LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) untuk merancang e-procurement platform. Keduanya, Bhinneka dan LKPP, bekerja sama untuk pengadaan pemerintah melalui e-catalog. Jadilah, platform Bhinneka Bisnis melayakni segmen korporat dan institusi pemerintah.

“Untuk keperluan segmen B2G dan B2C, Bhinneka memiliki kantor perwakilan di 33 provinsi di Indonesia. Ke depan, kami berencana menambah jumlah kantor perwakilan maupun offline store,” lanjut Hendrik mengklaim bahwa Bhinneka merupakan pionir platform e-commerce yang melayani segmen B2C, B2B, dan B2G di Indonesia.

Menggarap tiga segmen yang berbeda ini berhasil mengantarkan Bhinneka menjadi e-commerce yang sehat dengan penjualan di atas Rp1 triliun per tahun. Dalam lima tahun terakhir, kata Hendrik, rata-rata pertumbuhan penjualan Bhinneka mencapai 40% per tahun. “Mayoritas memang masih lebih besar di segmen B2G dengan kontribusi 50%. Selanjutnya, disusul segmen B2B dengan kontribusi 30% dan B2C dengan kontribusi 20%. Adapun jumlah pelanggan Bhinneka Bisnis dari segmen B2B dan B2G mencapai 40 ribu pelanggan,” jelasnya.

Strategi Omni-Channel

Seperti dijelaskan di atas bahwa membesarnya market size e-commerce Indonesia mendorong para pemain baru masuk ke dalamnya sehingga menciptakan kompetisi yang kian ketat. Konsumen memiliki banyak pilihan dalam berbelanja online. Apalagi para pemain menggunakan strategi iming-iming diskon untuk menarik konsumen. Namun Bhinneka tidak ingin terjebak pada jor-joran promosi seperti itu. Menurut Hendrik, Bhinneka memilih strategi Omni-Channel untuk merebut hati konsumen Indonesia. Strategi Omni-Channel adalah pendekatan multichannel dengan memberikan pelanggan pengalaman berbelanja yang nyaman, baik saat mereka berbelanja online dari desktop atau perangkat seluler, melalui telepon, atau lewat toko offline (gerai fisik).

“Kami menggunakan strategi Omni-Channel, sehingga seluruh proses transaksi mulai dari pemilihan produk, pembelian, pembayaran, pengiriman, hingga layanan purna jual saling terkoneksi sehingga memberikan pengalaman berbelanja yang nyaman bagi konsumen. Saat ini Bhinneka Store hadir di delapan lokasi. Dan, kami berencana untuk memperluas jaringan toko guna mengoptimasi strategi integrasi online ke offline ini,” tutur Hendrik.

Dia mencontohkan, ketika konsumen sudah mendaftar menjadi pengguna di e-commerce, belum tentu mereka langsung melakukan transaksi. Lantaran, biasanya mereka bertransaksi jika ada promo atau diskon yang sesuai. Data di kanal online tersebut, menurut Hendrik, tentu saja dapat dipelajari untuk kemudian ditawarkan layanan lainnya. Misalnya, jika konsumen tersebut tinggal di wilayah Cibubur, dan di gerai fisik Bhinneka Cibubur sedang ada promo yang sesuai kebutuhannya, maka mereka dapat diinformasikan dan ditawarkan untuk datang ke gerai fisik di Cibubur.

Untuk menjalankan strategi Omni-Channel, tentu saja Bhinneka harus menggunakan multi-channel. Oleh karena itu, selain memperkuat platform online, Bhinneka juga massif menghadirkan gerai offline. Menurut Hendrik, ada empat objektif yang dapat dicapai dengan menghadirkan gerai offline. Pertama, gerai offline dihadirkan untuk meng-cover layanan call center, service center, hingga sales people di lapangan. Kedua, gerai offline dihadirkan untuk memberikan customerexperience, sehingga konsumen dapat merasakan langsung produk yang ingin mereka beli. Ketiga, kehadiran gerai offline untuk membangun dan menciptakan trust bahwa perusahaan e-commerce yang mereka kunjungi tidaklah fiktif. Keempat, gerai offline dapat dijadikan sebagai kanal marketing (branding) dan showcase.

Lantas, bagaimana dengan fenomena lesunya ritel offline produk-produk TI seperti di pusat belanja Mangga Dua Jakarta? Menurut Hendrik, “Saat ini, memang pengunjung traffic ke pusat belanja, termasuk ke ritel sepeti Mangga Dua mengalami penurunan. Akan tetapi, yang datang ke sana adalah mereka yang benar-benar ingin mencari dan membeli, alias bukan sekadar melihat-lihat. Artinya, konsumen tetap ingin berbelanja offline.”

Sementara itu, untuk dapat memenuhi ketersediaan dan pelayanan yang menyeluruh untuk semua segmen dengan kebutuhan yang beragam, Bhinneka juga menghadirkan bisnis unit lainnya, yakni Bhinneka Digital Printing Solutions. Bhinneka Digital Printing Solutions merupakan unit bisnis pertama di Bhinneka yang terus mengadopsi teknologi inkjet digital printing ukuran/format besar. Termasuk menyediakan solusi dari hulu ke hilir, mulai dari konsultasi pemilihan produk yang tepat, pengiriman dan pemasangan, hingga layanan purna jual (on-site service) dengan lebih dari 30 orang tim ahli dan manajemen warna. Bahkan, saat ini Bhinneka DPS menjadi authorized dealer untuk berbagai merek inkjet large-format printer, di antaranya Roland, Flora, Colmar, dan HP Latex.

Kendati posisi Bhinneka di segmen B2B dan B2G makin kuat, bukan berarti Bhinneka mengabaikan segmen B2C. Hendrik meyakini bahwa segmen B2C di Indonesia juga berpeluang sangat bagus. Hal itu ditandai dengan masuknya raksasa e-commerce ke Indonesia. Sebut saja, Alibaba melalui Lazada dan JD.Com melalui JD.ID. Belum lagi, pemain besar lainnya juga turut bertanding, di antaranya Tokopedia, Shopee, dan sebagainya.

Pages: 1 2 3
Tags:
B2C Bhinneka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)