Lebih dari tiga dekade menjadi ajang unjuk kebolehan yang bergengsi bagi insan periklanan Indonesia, Citra Pariwara 2018 membawa angin segar bagi kreativitas advertising di Tanah Air. Ada sejumlah catatan positif dari para pelaku industri tentang karya kreatif anak bangsa yang di-submit sebagai entries dalam kontes kreatif periklanan pada perhelatan tahun ke-31 itu.
Karya kreatif para finalis dan pemenang Citra Pariwara 2018 dinilai mampu bersaing dengan karya-karya asing. Bahkan, karya-karya tersebut bisa disandingkan dengan karya kreatif yang biasa di-submit di kancah kompetisi internasional seperti Cannes Lions International Festival. Optimisme terhadap karya-karya kreatif anak bangsa pada Citra Pariwara 2018 ini diyakini sejumlah pelaku industri periklanan di Indonesia dan para pengurus Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), penyelenggara Citra Pariwara. Tak kurang dari 900 karya dievaluasi oleh para juri di Citra Pariwara 2018.
Menurut Anne Mutia Ridwan, Ketua Pelaksana Citra Pariwara 2018, yang juga CEO Ogilvy Group Indonesia, Citra Pariwara adalah festival kreatif dimana ide merupakan jiwa dari sebuah karya. Anne menilai ada yang berbeda dari para pemenang Citra Pariwara 2018, jika dibandingkan pemenang dengan perhelatan tahun-tahun sebelumnya. “Kali ini para pemenang tidak lagi didominasi oleh perusahaan periklanan. Akan tetapi, perusahaan seperti GO-JEK yang memiliki Creative Lab in-house sudah mampu unjuk gigi dari segi kreativitas,” ujar Anne.
Selain itu, menurut Anne, para pemenang Agency of The Year 2018 di Citra Pariwara kali ini banyak berasal dari perusahaan lokal. Hal itu, katanya, menunjukkan tingkat keahlian dan keterampilan agensi mulai merata di Indonesia.
Di mata Ivan Hady Wibowo, CEO Flock Indonesia, yang sangat berbeda dari Citra Pariwara 2018 adalah banyaknya pemenang yang berasal dari kampanye-kampanye besar dengan investmentmedia yang banyak dari brand terkenal. “Ini merupakan sebuah trend yang sangat encouraging ketika brand besar mulai mau mengambil ‘risiko’ dengan membuat karya-karya dengan gebrakan ide dan eksekusi yang baru di industri. Sebab, biasanya hanya brand challenger yang berani mengambil risiko itu,” tuturnya.
Janoe Arijanto, President Director/CEO Dentsu One, mengatakan bahwa Citra Pariwara 2018 adalah salah satu momen penting yang mampu menggambarkan bagaimana perubahan lansekap bisnis komunikasi di Indonesia telah berubah secara signifikan. Perubahan itu terlihat paling tidak dari tigal hal yang terjadi di Citra Pariwara 2018.
Pertama, para finalis dan pemenang Citra Pariwara 2018 semakin didominasi oleh brand-brand dari kategori baru, antara lain fintech, layanan transportasi online, dan e-commerce. “Brand-brand di kategori baru itu berhasil memberi warna baru dalam pemanfaatan local insights, desain kampanye, dan pemanfaatan teknologi digital,” jelas Janoe yang juga Ketua P3I.
Kedua, jenis solusi yang dibuat bukan lagi melulu pada perancangan iklan konvensional. Akan tetapi, telah menggabungkan perancangan konten, pemanfaatan teknologi, intervensi media sosial, dan agendasetting. Hacking yang dilakukan oleh salah satu brand TaxiOnline terhadap kompetitornya misalnya, memberikan gambaran bahwa solusi komunikasi telah melampaui urusan penyebaran pesan semata, tapi telah masuk pada pemanfaatan algoritma pada platform komunikasi, penggunaan tools listening, dan respon yang cepat pada perubahan konteks.
Ketiga, kemunculan agensi-agensi lokal dan entitas kreatif baru yang memiliki struktur organisasi baru, yang menyesuaikan model bisnisnya dengan kebutuhan landsekap baru di bisnis komunikasi.
Local Insight
Dari karya para pemenang Citra Pariwara 2018, diyakini Janoe, Indonesia bukan hanya mulai sejajar dengan karya-karya periklanan Thailand. Akan tetapi, juga semakin menemukan karakter khas komunikasi yang dikembangkan dari local insight, dengan cara bertutur khas lokal, dan pemanfaatan konteks lokal.
“Hal itu bisa kita lihat di iklan-iklan Gojek,...