Retail Trends 2013 - Hadapi Asing, Retailer Lokal Harus Migrasi ke E-Commerce

Akan tetapi, siap atau tidak siap, pasar ritel Indonesia sudah diserbu oleh barang dan produsen asing. “Mereka turut pula membawa teknologi kedalam inovasi ritel, karena kini dunia ritel akan menuju konsep store without store (e-commerce)” ucap Pudjianto, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Asprindo) dalam acara Retail Trends 2013, di Gedung WTC, Jakarta, pada Senin, (25/3) pagi.

Melihat perkembangannya, ritel di tanah air sejak tahun 1960-an adalah eranya pasar tradisional. Kemudian di tahun 1970-an dikenal dengan supermarket dan dalam perkembangannya di tahun 1980-an berlanjut dengan pasar modern. Masuk ke 1990-an timbul era supermarket berskala besar dan muncul pula tipe Hypermarket, dan di tahun 2000-an minimarket mulai menjamur hingga ke daerah. Maka memasuki era digital kini, konsumen mulai disuguhi cara berbelanja baru melalui e-commerce.

Menurut Pudjianto, pertumbuhan ritel tanah air di tahun 2013 tidak akan bergerak terlalu besar dan secemerlang seperti di 2012. “Hal yang dapat terlihat di 2013 adalah agresivitas brand asing untuk masuk dan merebut pasar Indonesia. Parahnya kita tidak dapat menghentikan hal itu.” ungkap Pudjianto.

Masuknya brand asing ke Indonesia dirasakan sebagian retailer lokal mulai mengkhawatirkan, kesiapan infrastruktur (termasuk teknologi, modal, dan peraturan pemerintah mengenai pembatasan brand asing) dituding menjadi alasan ketidaksiapan hal tersebut.

Padahal menurut Pudjianto, dengan adanya kompetitor asing seharusnya jadi alasan kuat untuk peritel lokal berkembang. “Kalau kita bicara mengenai pertumbuhan ritel di tahun 2011 – 2012 itu berkisar antara 11 – 12 %, kita tidak muluk – muluk di tahun 2013 ini hanya di bawah double digit karena banyak hambatan peraturan yang memberatkan pelaku usaha, terutama datang dari pemerintahan sendiri yang tidak melindungi pelaku ritel lokal.” sahutnya.

Contoh teranyar yaitu masuknya ritel fashion dari Jepang Uniqlo, yang berkolaborasi dengan

Ritel Ritel

akan mulai menggempur pasar Indonesia per Juni 2013 mendatang yang menawarkan beragam produk pakaian kasual untuk pria, wanita, hingga anak - anak. “Uniqlo akan memasukkan barang mereka dalam bentuk produk fashion, dengan masuknya produk ini dari luar di tambah harganya sangat wajar (lebih murah dari brand lokal) sehingga produsen lokal banyak yang teriak,” ujar Pudjianto.

Namun di balik semua hal mencemaskan tersebut, terpercik rasa optimisme seperti yang diungkapkan oleh Luke Lim, Managing Director CEO A.S. Louken, Singapura, “Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ritel yang luar biasa, saat ini Indonesia memiliki produk – produk ritel unggulan mulai dari makanan, pakaian, pendidikan, dan unggulan lainnya yang laris manis di pasar dalam negeri, tapi sayang produk tersebut tidak banyak yang dibawa ke pasar international dan masih berkutat di pasar domestik.”

Lebih jauh Luke mengungkapkan bahwa industri retail Indonesia masih kalah dengan perkembangan ritel di Singapura di kancah global. “Coba bandingkan dengan Singapura, berbagai ritel asal negeri ini sukses dan eksis di pasar global. Sebut saja Charles & Keith. Padahal ritel ini awalnya merupakan usaha kecil menengah di Singapura tetapi mereka sukses mengirim pesan melalui brand dan produk kepada konsumen di mancanegara,” katanya.

Luke Lim menjelaskan bahwa untuk bisa tetap bertahan di pasar ritel dan berkompetisi di tingkat global harus ada inovasi. Menurutnya, ada 8 kunci inovasi yang bisa diterapkan oleh para retailer lokal diantaranya curated collection, eco friendly product, online and off line mash up, technology intervention, retailvention, service experience 201, customization, and channel transformer.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)