Disrupsi Digital Bukan Ancaman, tapi Peluang bagi Praktisi PR

MIX.co.id - Di era revolusi industri 4.0, digitalisasi menjadi keniscayaan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Hal ini berimbas pula pada keberadaan Public Relations (PR) yang harus mengubah strategi dari konvensional menjadi digital.

Hal itu terungkap dalam webinar “Penghargaan Tahunan ke-15 Indonesia PR of The Year 2022” bertajuk “Measure, Reasess, and Trasform Your PR Strategy” yang diselenggarakan oleh Majalah MIX Marcomm pada Kamis (14/7).

Sesi I webinar menghadirkan pembicara Wakil Ketua Perhumas Indonesia Nurlaela Arief, Senior Vice President Corporate Communications Indosat Ooredo Hutchison Steve Saerang, dan Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin dengan dipandu Pemimpin Redaksi Majalah MIX Marcomm Lis Hendriani.

Nurlaela Arief dalam pemaparannya menegaskan tentang era revolusi industri 4.0 menciptakan disrupsi digital. Menurutnya, disrupsi digital bukan ancaman, tapi sebaliknya, memberikan sebuah peluang. Teknologi big data dan Artificial Intelligence (AI) yang kini tengah booming justru dapat mempermudah pekerjaan PR.

Lala, sapaan akrab Nurlaela Arief, mengingatkan kepada para praktisi PR di perusahaan dituntut untuk selalu belajar dengan hal baru, seiring dengan pergeseran platform dari konvensional menjadi digital. “Perlu membangun kompetensi baru untuk dapat menunjang pekerjaannya,” ingatnya.

Pendapat senada disampaikan oleh pembicara Steve Saerang. Menurutnya, hal paling penting dalam diri seorang praktisi PR adalah integritas. Dalam posisinya sebagai seorang spoke person, maka yang disampaikan atau dikomunikasikan kepada publik adalah sesuatu yang baik. Jika tidak, maka publik tidak akan percaya terhadap yang disampaikan seorang PR atau spoke person.

Menurut Steve, peran PR seperti yang tersirat dalam pepatah bijak “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karsu, tur wuri handayani.” Seorang PR bersama jajaran manajemen perusahaan harus berada di depan dalam menyampaikan sesuatu kepada publik, berada di tengah dalam perannya sebagai mediasi antara ekternal dan internal, dan berada di belakang terkait menyiapkan program-program perusahaan bersama jajaran manajemen untuk disampaikan kepada publik (eksternal) agar diketahui melalui multi-platform (baik konvensional maupun digital).

Steve Saerang tercatat sebagai praktisi PR yang sukses mengomunikasikan kepada khalayak tentang merger Indosat Ooredoo dan Hutchison 3, menjadi Indosat Ooredoo Hutchison (IOH). Sebagai Senior Vice President Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison, ia bersama tim juga berhasil merancang sekaligus mengeksekusi strategi komunikasi pasca merger.

Sementara Arif Mujahidin, dalam paparannya menyampaikan tentang pentingnya seorang praktisi PR di perusahaan untuk mengetahui tentang bisnis perusahaan, bagaimana bisnis berperilaku, dan bagaimana bisnisnya bergerak dari hulu ke hilir.

Menurutnya, corporate PR di perusahaan adalah sebuah tim yang ditugaskan untuk mengomunikasikan reputasi perusahaan dari sudut pandang (angle) yang menarik. “Tim tidak menunggu konten, tapi harus mampu menciptakan atau meng-create konten yang menarik,” katanya.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)