Sukses menjalankan bisnis rumah sakit milik sang ayah, RSU Bunda Jakarta, Dr. Ivan Sini, SpOG, mulai melirik bisnis kuliner. Dokter spesialis kandungan yang juga pakar bayi tabung itu, akhirnya memutuskan untuk meluncurkan resto dengan brand Cikang di kawasan Menteng-Jakarta Pusat, yang berdekatan dengan RSU Bunda Jakarta, pada tahun 2016 lalu.
Diakui putra dari Dr. Rizal Sini, SpOG itu, langkahnya memasuki bisnis kuliner bukan semata-mata bisnis. Akan tetapi, ada unsur hobby serta cintanya yang begitu kuat dengan tempat ia dibesarkan. "Saya dan istri kebetulan suka makan dan hobby kuliner. Selain itu, saya juga ingin sekali menyebarkan budaya Padang, tempat masa kecil saya, melalui bisnis kuliner ini," ujarnya.
Oleh karena itu, konsep yang dihadirkan Dr. Ivan untuk Cikang Resto adalah rumah makan Padang ala cafe. Selain konsep tersebut, Dr. Ivan juga mengusung konsep bercerita tentang kekayaan Padang di Cikang Resto. Tak heran, jika tagline yang diusung Cikang Resto adalah “The Untold Story of Padang”.
“Cikang Resto tidak hanya sekadar sebagai rumah makan biasa, namun juga menjadi etalase sejarah dan kisah budaya Padang Peranakan yang sangat kental di kawasan pecinan Pondok, sejak masa kolonial. Sejarah dan kisah tersebut, kami hadirkan pada foto-foto yang 'bercerita' tentang Padang di dinding resto, hingga buku menu yang berkisah tentang Padang. Termasuk, musik yang dihadirkan di dalam resto pun bernuansa musik Minang,” papar Dr. Ivan.
Selain mengedepankan rasa “Padang”--dengan menu unggulan antara lain Sate Padang, Soto Padang, Lontong Sayur Padang, Salada Uci, kopi tradisional Cikang—Cikang Resto juga menawarkan kopi premium Tanamera Coffee. “Tanamera Coffee telah hadir di Indonesia sejak 2013 lalu dengan menyajikan 100% biji kopi khas Indonesia, khususnya yang berasal dari Tanah Sumatra,” ujarnya.
Sejatinya, pengunjung yang datang ke RSU Bunda serta pelanggan Tanamera Coffee menjadi captive market bagi Cikang Resto. Tak mengherankan, jika Dr. Ivan meyakini bahwa respon publik terhadap Cikang Resto terhitung bagus. “Bahkan, pertumbuhan pengunjung di Cikang Resto tiap bulannya sangat signifikan,” klaimnya.
Ia menambahkan, Cikang Resto di kawasan Menteng tak hanya menarik minat segmen menengah atas berusia 20-40 tahun yang suka berkuliner di cafe. “Namun, mereka yang ingin bernostalgia dengan tanah Minang sebagai tempat kelahiran, dibesarkan, ataupun yang pernah berkunjung, juga memilih berkunjung ke Cikang Resto,” tegasnya.
Keberhasilan Cikang Resto di kawasan Menteng, Jakarta, itulah yang membuat Dr. Ivan memutuskan menambah gerai baru di Puri Indah Mall, Jakarta Barat. Masih menggandeng Tanamera Coffee sebagai mitranya, Cikang Resto juga menyasar captive market seperti pengunjung Puri Indah Mall yang menyukai kuliner maupun yang ingin bernostalgia dengan Tanah Minang.
“Objektif awal saya bukanlah ekspansi bisnis dengan menambah banyak gerai. Namun, saya lebih ingin memviralkan cerita tentang kekayaan Padang kepada masyrakat lewat kuliner. Oleh karena itu, setelah di Menteng dan Puri Indah Mall, tahun ini kemungkinan akan tambah satu lagi di daerah Jakarta,” patoknya.
Lantas, adakah bedanya antara menjalankan bisnis rumah sakit dengan restoran? Dijawab Dr. Ivan, nyaris tidak ada bedanya. “Keduanya bisnis yang bergerak di industri hospitality. Bicara hospitality, maka kekuatan harus berada pada produk dan layanan. Bedanya, hanya di persaingannya. Bisnis kuliner lebih ketat persaingannya karena selalu saja ada pemain baru yang hadir,” ia menguraikan.
Guna menjawab ketatnya persaingan di industri resto, Dr. Ivan pun memilih pendekatan Public Relations dengan menggandeng media serta komunitas. Mulai dari komunitas pecinta kuliner, komunitas pecinta kopi, dan sebagainya. “Kebetulan, saya itu pecinta kopi yang juga sudah memegang sertifikasi barista,” tutupnya.
