The New Normal in Marketing Communications

Musim semi lalu, Hotel.com -- perusahaan pemesanan perjalanan --  telah merencanakan untuk menayangkan serangkaian iklan "My Dream" yang dimulai sejak  tahun lalu. Dalam iklan itu, sang maskot, Kapten Obvious, naik pesawat.

Dia duduk di dekat jendela. Lengannya ditekan ke arah sesama penumpang dan jari-jarinya dimasukkan  -- dengan mengabaikan penumpang lainnya --  ke dalam kantong makanan ringan lain yang disodorkan. Samoai beberapa bulan lalu, iklan itu lucu.

Tapi kini iklan itu tidak selaras dengan zaman baru, ketika konsumen disarankan untuk membatalkan rencana liburan, menghindari penerbangan, dan umumnya jaga jarak satu sampai dua meter dari orag lain.

Karena itu, Hotels.com menghentikan kampanye itu dan buru-buru mencari cara baru berkampanye. Di Iklan barunya, Kapten Obvious masih ngemil.

Tapi kali ini dia melakukan pembersihan tangan dan menggunakan sarung tangan sebelum makan popcorn dalam keheningan dan isolasi. "Ini Kapten Obvious." "Dia akan menjaga jarak sosial untuk sementara waktu. Dan kamu juga harus. " Iklan, yang mulai ditayangkan pada akhir Maret, memakai tagline khusus,  “Just Stay Home.”

Langkah ini merupakan respon yang menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi oleh para pemasar saat negara, dan dunia pada umumnya, beradaptasi dengan batasan yang ada pada kehidupan normal. Pilihannya beriklan atau tidak beriklan. Promosi atau tidak berpromosi.

Menurut survei Advertiser Perceptions sebagaimana dikutip Time, hampir setengah dari pengiklan telah menarik kampanye atau menunda peluncuran kampanyenya karena coronavirus. Ada juga yang benar-benar membatalkan pra-peluncuran kampanye.

Persoalannya, bisa jadi perusahaan ingin tetap beriklan. Pertanyaan tentang apakah dalam kondisi sekarang sebaiknya tidak beriklan atau beriklan, kalau beriklan bagaimananya caranya, adalah masalah yang kini menjadi perhatian.

Pandemi megubah semuanya, termasuk cara perusahaan beriklan dan menyelenggaran event. Jika merek bertindak seperti bisnis seperti biasa dan masih menjalankan iklan yang sama, menurut Margaret Johnson, kepala kreatif untuk agensi periklanan yang berpusat di San Francisco, Goodby Silverstein & Partners, seperti dikutip Time, "Anda tuli."

Bahkan, seperti dikatakan Rohit Bhargava, penulis Non-Obvious Megatrends, perusahaan perlu memikirkan kembali semuanya, termasuk brand activation baik cara maupun bagaimana mengkomunikasikannya. Disini juga termasuk situs web mereka.

Pada 2 April, misalnya, situs untuk bir Corona tampak tidak berubah. Situs Corona masih menampilkan iklan yang menunjukkan orang-orang seksi bersenang-senang di pantai dalam "keadaan pikiran yang riang."

Pages: 1 2 3 4

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)